Cerita Rakyat Musi Rawas, Kisah Penerus Kerajaan Lubuk Penjage, Dipandang Sebelah Mata, Bukan Orang Biasa
Raja kerajaan Lubuk Penjage Kenayan sempat dipandang sebelah mata oleh warga-ilustrasi-LINGGAUPOS.CO.ID
BACA JUGA:2024 Tol Dibangun, Lubuklinggau ke Palembang Makin Singkat, ke Bengkulu Tol Lewati Terowongan
Sehingga tak satupun yang mau mengambilnya. Tanpa diduga setelah raja selesai membagikan warisan Kenayan dan Putri Sri Dewi Ningsih datang, tapi tak satupun warisan yang diberikan mereka berdua.
Putri Sri Dewi Ningsih menghadap dan bertanya pada ayahandanya ampunkan hamba ayahanda apakah hamba tidak mendapatkan bagian dari warisan.
Ayahandanya dan saudara laki-lakinya menjawab bahwa putri Sri Dewi Ningsih tidak mendapat warisan.
Tetapi kalau memang kamu masih menuntut juga masih ada yang tertinggal yaitu getuk (Kentongan ) dan kromong.
BACA JUGA:Ini Jadwal Pembangunan Tol Lubuklinggau, yang Hubungkan Palembang dengan Bengkulu
Mendengar jawaban dari ayahanda dan saudara laki-lakinya, Putri Sri Dewi Ningsih menjadi kesal dan marah diambilnya getuk dan kromong tersebut.
Dalam keadaan marah dilemparkannya getuk tersebut ke air Sungai Kelingi dan langsung berubah menjadi buaya kuning yang merupakan penunggu lubuk.
Sedangkan kromong dilemparkan kebelakang negeri (Kerajaan ) dan langsung berubah menjadi siamang yang sangat banyak.
Setelah kejadian tersebut maka ditengah keheningan Kenayan berkata di depan kakak ipar dan mertuanya, menerangkan dengan jelas siapa dirinya yang sebenarnya.
BACA JUGA:Wali Kota Lubuklinggau Dukung Pemekaran Provinsi Sumsel Barat, Sudah Siapkan Lahan Kantor Gubernur
Kenayan menjelaskan kalau dirinya adalah Raden Kenayan seorang putra raja di negeri seberang (Pulau Jawa).
Setelah mendengar itu raja dan putra-putranya sangat terkejut dan malu karena selama ini telah menganggap rendah, mencemoohkan, menghina, dan telah mengusirnya dari kerajaan Lubuk Penjage.
Dengan penuh penyesalan mereka merunduk dan memberikan hormat pada Kenayan.
Setelah mendengar penjelasan dari Kenayan maka sang raja segera memanggil seluruh mentri dan hulubalang, beserta pemuka adat dan agama bertujuan untuk mengadakan upacara besar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: