Cerita Rakyat Musi Rawas, Kisah Penerus Kerajaan Lubuk Penjage, Dipandang Sebelah Mata, Bukan Orang Biasa

Raja kerajaan Lubuk Penjage Kenayan sempat dipandang sebelah mata oleh warga-ilustrasi-LINGGAUPOS.CO.ID
BACA JUGA:Lubuklinggau dari Carita Rakyat, Lubuk Tempat Persembunyian Dayang Torek Dianggap Keramat
Ngalale ke kidau unak bajurai
Mandang kadepan si imau kumbang
Dengan berlangsungnya acara penobatan Raden Kenayan dan Putri Sri Dewi Ningsih sebagai raja, maka seluruh rakayat Kerajaan Lubuk Penjage mengucapkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Karena kerajaan mendapatkan pemimpin yang baik dan bijaksana, untuk itu Raden Kenayan mendapatkan gelar “Raje Lubuk Penjage Bengkal" atau sekarang dikenal dengan nama daerah Desa Lubuk Tua.
BACA JUGA:Sumpah Bereng Kecik, Orang Kupang Jangan Menikah dengan Tanah Periuk Sebelum Kambing Bertanduk Emas
Tidak berapa lama setelah Kenayan dinobatkan menjadi Raja Lubuk Penjage, Raja Haji Abdul Kadir Jailani yang usianya telah senja meninggal dunia.
Keluarga kerajaan dan rakyat berduka dan sangat sedih karena kehilangan raja yang amat sangat meraka cintai dan selama ini telah memimpin dengan baik dikerajaan Lubuk Penjage.
Upacara pemakaman dilaksanakan dengan penuh haru, rakyat Lubuk Penjage berduyun-duyun menghantarkan raja yang mereka hormati dan sayangi ke peristirahatan terakhir di Desa Pematang Hijau (Desa Lubuk Tua sekarang).
Desa ini terletak di Kecamatan Muara Kelingi, disekitar makam tersebut tumbuh pohon durian yang buahnya berwarna hijau dan makam ini mempunyai cerita aneh mistis.
Sehingga makam tersebut diberinama oleh masyarakat kelingi “Keramat Dian Pematang Hijau “.
Setelah bertahun-tahun Kenayan menjadi Raja Lubuk Penjage, kerajaan semakin banyak mengalami kemajuan dalam segala bidang.
Diantaranya pertanian hasilnya berlimpah, perdagangan semakin lancar, negeri (Kerajaan) makmur dan aman.
Sudah menjadi suatu tradisi setiap satu tahun sekali setelah panen di negeri (Kerajaan) Lubuk Penjage diadakan acara syukuran (Sedekah Bumi ) selama tujuh hari tujuh malam.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: