Cerita Sedih Ibu Pelajar Lubuklinggau yang Meninggal Dunia Usai Berkelahi

Cerita Sedih Ibu Pelajar Lubuklinggau yang Meninggal Dunia Usai Berkelahi

Almarhum Utama Riski Aidita (kiri) dan ibunya Wiwin Aryani--

LINGGAUPOS.CO.ID – Pelajar kelas IX SMP Al Azhar Lubuklinggau, Utama Riski Aditia alias Tama (14), meninggal dunia usai berkelahi. Orang tuanya bersedih atas musibah tersebut.

Ibunya, Wiwin Aryani, menceritakan kisah sedih tersebut, saat ditemui wartawan di kediamannya, Sabtu (13/8/2022) pagi.

Sementara korban Tama sudah dimakamkan di TPU Tanjung Indah, Jumat (12/8/2022) sekitar pukul 16.00 WIB.

BACA JUGA:Ini Motif Perkelahian yang Menyebabkan Pelajar SMP di Lubuklinggau Meninggal Dunia

Di depan rumah duka, di Jalan  Cendana RT 05, Kelurahan Tanjung Indah, Kecamatan Lubuklinggau Barat I, Kota Lubuklinggau, masih ada tenda dan kursi-kursi.

Di sana juga ada kerabat, tetangga, para guru, maupun rekan kerja orang tuanya yang melayat.

Almarhum Tama adalah anak pertama pasangan Bambang Handika dan Wiwin Aryani, ia memiliki tiga orang adik.

BACA JUGA:Pelaku yang Sebabkan Pelajar SMP di Lubuklinggau Meninggal Dunia Sudah Diamankan

Wiwin Aryani menjelaskan, anaknya Tama tamat dari sekolah dasar di SD IT Alzahira Lubuklinggau. Kemudian melanjutnya ke SMP Al Azhar Lubuklinggau.

Wiwin merupakan pegawai Puskemas di Padag Ulak Tanding, Rejang Lebong, Bengkulu. Sementara sang ayah Bambang Handika bekerja di kantor PLN, juga di Rejang Lebong.

Terungkap sosok Tama adalah penghafal Alquran dan Hadist. "Tama ini hafal Alquran 2 juz dan 60 hadist," ungkap Wiwin Aryani.

BACA JUGA:Berkelahi, Pelajar SMP di Lubuklinggau Meninggal Dunia

Wiwin juga menuturkan, bawa Tama merupakan anak yang penurut. Rajin salat dan mengaji. 

Bahkan, aktifitas Tama sehari-hari jarang keluar rumah. Apalagi main kemana-mana untuk melakukan hal-hal yang tidak bermanfaat. 

Tama, dari pagi hanya ke sekolah, pulang kadang pukul 15.00 WIB. Selanjutnya sering hanya dirumah hingga magrib.

BACA JUGA:Pelajar SMAN 3 Lubuklinggau Tewas Kecelakaan

“Ketika magrib Tama selalu salat di masjid. Setelah magrib dia ke rumah tanfidz, untuk mengaji dan hapalan Alquran," cerita ibunya, yang masih tidak percaya anak sulung sudah tiada.

Wiwin mengaku, Tama merupakan anak yang suka cerita. Dia selalu cerita aktifitas di sekolah kepada ibu maupun ayahnya. Termasuk ketika Tama ditegur guru.

"Tama ini sering cerita. Misalnya saja kuku dipotong guru dia cerita. Terus rambut yang tidak rapi, lalu dipotong gurunya dia juga cerita. Begitupun hapalan Alquran dia selalu lapor," cerita Wiwin. 

BACA JUGA:Ini Pesan Polwan Cantik ke Pelajar di Musi Rawas

Bahkan Wiwin mengatakan, sebelum kejadian anaknya dipukuli, Tama juga cerita bahwa dia sering dibully oleh lawannya itu. 

Memang sebelum kejadian 4 Juli itu, Tama pernah main sepak bola atau futsal di SMPN 7 Lubuklinggau.

"Setelah itu Tama pernah cerita kalau dia dibully. Katanya, lawannya ini mengatakan tidak bisa main bola. Dan juga dikatakan anak miskin. Karena tidak pakai motor. Memang kami tidak fasilitasi dia motor, karena masih kecil," ceritanya.

BACA JUGA:Pelajar di Karang Pinggan Butuh Jembatan, Penyebabnya Seperti di Foto

Kerita anaknya itu bercerita soal sering dibully, Wiwin hanya menganggapnya biasa.

"Jadi saya cuma bilang. Iya dak apa-apa dikatakan begitu. Tapi kakak jangan berkelahi. Iya bu katanya," ucap Wiwin meniru ucapan Tama. 

Wiwin tak menyangka, kalau ujung dari cerita anaknya itu terjadi perkelahian, yang menyebabkan anaknya sampai meninggal dunia. 

BACA JUGA:Pelajar SMKN 3 Lubuklinggau Raih Prestasi FLS2N dan O2SN Provinsi

Diakuinya, saat hari kejadian, Kamis (4/8) lalu itu. Tama pulang dari sekolah sekitar pukul 15.00 WIB. Sorenya sekitar pukul 16.00 WIN, ia pamit ingin kembali main bola di SMPN 7 Lubuklinggau.

"Katanya diajak kawannya," katanya.

Lalu pulang sore jelang magrib. Saat dirumah, kata Wiwin, Tama terlihat lesu. Tapi tidak cerita kalau ia dipukul atau berkelahi. 

BACA JUGA:DBL Play MABAR High School Tournament, Kompetisi Esports Pelajar Terbesar di Indonesia

"Ditunjukan ada luka kecil di dibelakang telinga kiri. Tapi dia mengatakan hanya terjatuh. Jadi aku suruh di mandi, dan istirahat," katanya. 

Setelah magrib, Tama mengeluh pusing dan muntah. Lalu dibawa ke RS Ar Bunda Lubuklinggau. Kondisinya setelah muntah itu, tingkat kesadarannya sudah  menurun.

Sampai di RS dia lalu dibawa ke ICU. Lalu di rongen, kata dokternya pendarahan pada otak. Bahkan sudah 80 persen. Tama harus dioperasi, dirujuklah ke RSMH Palembang. 

BACA JUGA:Tak Tahan Menduda, Pengangguran Ngaku Pengusaha Renggut Kesucian Pelajar SMP

Hari itu juga Tama dibawa keluarganya ke Palembang. Lansung operasi pada Jumat (5/8). Selesai dioperasi dia dirawat di ICU.

Seminggu dirawat, Jumat (12/8) pukul 05.00 WIB, Tama menghembuskan napas terakhir. 

"Sejak di rumah sakit Lubuklinggau, sampai ke Palembang kesadaran tama terus menurun. Sehingga tidak bisa ditanya apa kejadian sebenarnya," katanya.

BACA JUGA:49 Pelajar MAN 1 Lubuklinggau Diterima PTN, Cek Namanya di Sini

"Bahkan rumah sakit bertanya. Apakah tama dipukul atau terjatuh. Kami tidak bisa jawab. Kan setahu saya dia main bola. Mungkin terjatuh," katanya. 

Kemudian dalam proses perawatan, Wiwin mengaku, dia menghubungi teman-teman Tama. Bertanya apa kejadian sebenarnya. 

Dari cerita teman Tama itu, Wiwin tahu kalau anaknya dipukul oleh lawannya. 

BACA JUGA:Wajib Dihindari Konsumsi Obat Usai Minum Kopi, ini Bahayanya

"Kata temanya, mereka ke SMPN 7 Lubuklinggau, jalan kaki. Mau main bola. Sampai di lingkungan sekolah, berpasan dengan pelaku, yang pulang sekolah, lalu Tama dipukul," katanya. 

Lanjut Wiwin, kata teman-temannya, Tama ditusuk pakai kunci motor di kepala belakang. Bahkan temannya sempat membawa Tama ke Puskesmas, baru setelah itu ia pulang ke rumah. 

"Terkait proses hukum terhadap pelaku kami serahkan ke Polisi. Mungkin ini sudah janjinya (Tama)," pungkas Wiwin. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: