Tradisi Kawalu Suku Baduy, Puasa Setelah Musim Panen, Sucikan Diri dari Nafsu Jahat

Tradisi Kawalu Suku Baduy, Puasa Setelah Musim Panen, Sucikan Diri dari Nafsu Jahat

Pemukiman Suku Baduy yang melaksanakan tradisi Kawalu untuk mensucikan diri dari Nafsu Jahat.-Dokumen-radar banten

BACA JUGA:Pondok Kecil di Tuah Negeri Musi Rawas Jadi Tempat Pengoplosan BBM Pertalite, Ayah dan Anak Diamankan

Kemudian tanggal 18 bulan Karo atau Kawalu Tengah. Terakhir adalah pada tanggal 17 bulan Katilu atau disebut dengan Kawalu Tutug. 

Selama puasa, mereka tidak diperkenankan makan dan minum hingga menjelang waktu berbuka. Makna Kawalu adalah untuk pensucian diri dari nafsu jahat.

Setiap tanggal 15 bulan Kasa atau sebelum berpuasa seluruh warga Baduy Dalam wajib membersihkan lingkungan dan dilarang memakan atau mengolah hasil panen. 

Mereka hanya diperkenankan menggiling padi dengan cara tradisional yang disebut nutu. 

BACA JUGA:Catat! Ini Kuota Haji Tahun 2024, Apakah Anda Masuk Tahun Depan, Cek di Sini

Jaro Saija menyebut, tradisi Kawalu sudah berlangsung sejak ratusan tahun silam dan harus diikuti oleh seluruh orang Baduy Dalam, laki-laki dan perempuan, kaum tua dan muda.

Orang lanjut usia dengan keterbatasan fisik atau perempuan yang sedang menstruasi tidak diwajibkan berpuasa. 

Karena sifatnya wajib, jika ada orang Baduy Dalam yang melanggarkan kecuali beberapa yang tidak diwajibkan tadi, maka akan diberikan sanksi adat atau kabendon.

Dengan pelaksanaan Kawalu, masyarakat Baduy berharap bisa sejahtera, damai, dan sehat selalu.

BACA JUGA:Masyarakat Tidak Masuk DPT Tetap Bisa Coblos Melalui DPK, KPU: Begini Syaratnya

Tokoh masyarakat Badui Dalam, Ayah Mursid mengatakan, selama Kawalu mereka dilarang mengadakan pesta pernikahan dan sunatan karena akan menimbulkan keramaian. 

Kendati tertutup untuk orang luar, masyarakat Baduy Dalam masih mengizinkan pejabat daerah atau pejabat negara untuk masuk, meski dibatasi hanya untuk lima orang.

Setiap kepala kampung atau puun wajib memimpin tradisi Kawalu di daerahnya dibantu oleh para Jaro Tujuh dan Baresan Palawari atau panitia pelaksana. 

Selepas menjalani ritual Kawalu, mereka mengadakan Seba dan secara beramai-ramai akan turun gunung menuju pusat kota untuk bertemu Ibu Gede dan Bapak Gede, masing-masing Bupati Lebak Iti Octavia Jayabaya dan Penjabat Gubernur Banten Al Muktabar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: