Dengan adanya sayembara itu semua orang gembira dan mengharapkan kemenangan.
Tapi sebaliknya Putri Sri Dewi Ningsih bersedih, murung, karena sebenarnya dia hanya menghedaki Kenayan yang menjadi suaminya.
Namun apa hendak dikata tuan putri tidak bisa berbuat apa-apa dan tidak bisa melawan keinginan raja, dia hanya bungkam dan murung memikirkan bagaimana nasibnya nanti.
Tiba saatnya waktu yang telah ditentukan untuk melakukan pertarungan atau sayembara, dimana para jejaka, jagoan, jawara berdatangan dari negeri lubuk penyage dan negeri tetangga.
Dengan perasaan yang sangat berat Putri Sri Dewi Ningsih, memohon kepada Kenayan untuk ikut serta dalam sayembara tersebut.
Kenanyan pun dengan rasa rendah diri dan malu-malu serta perasaan takut mendaftarkan diri mengikuti sayembara.
Pada saat pertandingan berlangsung kenayan datang namun kedatangannya dihina caci maki dan dicemoohkan oleh orang-orang yang berada disana.
Karena dianggap tidak tahu diri, namun Kenanyan tetap memberanikan diri demi untuk memenuhi keinginan sang putri yang dia cintai.
Melihat Kenanyan ikut bertanding, maka semua pengatur acara dan juga penduduk yang menyaksikan meminta agar Kenanyan bertanding atau melakukan sayembara yang pertama karena mereka menganggap remeh kemampuan Kenayan.
Pertandingan pun berlangsung satu persatu peserta, jagoan, jawara, jejaka lain kalah berjatuhan dikalahkan oleh Kenayan.
Melihat kemenangan dari Kenayan mendadak seluruh penduduk Negeri Lubuk Penjage mengutuk dan caci maki.
Karena mereka tidak senang jika tuan putri menjadi istri Kenayan yang bagi mereka dianggap aib bagi negeri mereka.
Karena kurang puas dengan hasil pertandingan maka, penduduk Lubuk Penjage mengusulkan pada raja agar Kenayan diadu dengan buaya kumbang penunggu lubuk.