Dalam keadaan marah dilemparkannya getuk tersebut ke air Sungai Kelingi dan langsung berubah menjadi buaya kuning yang merupakan penunggu lubuk.
BACA JUGA:Asal Usul Desa Tanah Periuk Musi Rawas, Berawal dari Perang Saudara, Berebut Lahan Kekuasaan
Sedangkan kromong dilemparkan ke belakang negeri (Kerajaan) dan langsung berubah menjadi siamang yang sangat banyak.
Setelah kejadian tersebut maka ditengah keheningan Kenayan berkata di depan kakak ipar dan mertuanya, menerangkan dengan jelas siapa dirinya yang sebenarnya.
Kenayan menjelaskan kalau dirinya adalah Raden Kenayan seorang putra raja di negeri seberang (Pulau Jawa).
Setelah mendengar itu raja dan putra-putranya sangat terkejut dan malu karena selama ini telah menganggap rendah, mencemoohkan, menghina, dan telah mengusirnya dari kerajaan Lubuk Penjage.
Dengan penuh penyesalan mereka merunduk dan memberikan hormat pada Kenayan.
Setelah mendengar penjelasan dari Kenayan maka sang raja segera memanggil seluruh mentri dan hulubalang, beserta pemuka adat dan agama bertujuan untuk mengadakan upacara besar.
Raja mengumumkan bahwa Raden Kenanyan (Menantunya) akan menjadi raja di kerajaan Lubuk Penjage.
Tak berselang lama upacara pengangkatan Raja dan Ratu (Raden Kenayan dan Putri Sri Dewi Ningsih) di selenggarakan dengan sangat meriah mengundang seluruh Negeri tetangga.
Pestapun dilakukan selama tujuh hari tujuh malam dengan dihibur oleh tarian khusus yaitu “Tari menijik sukat timbul “.
Maksud dan tarian ini untuk menyambut Raden Kenayan dan Putri Sri Dewi Ningsih menduduki tahta singgasana kerajaan Lubuk Penjage.
Adapun tarian ini menceritakan penderitaan Kenayan selama mengabdi kepada raja sampai dengan menjadi raja.
Dengan rejungnya (Rinjik Bujang Kenayan) sebagai berikut :