Setelah lamaran tidak berselang lama pernikahan pun dilaksanakan dengan sangat sederhana tidak ada pesta.
Setelah selesai acara pernikahan maka sang raja memerintahkan agar Putri Sri Dewi Ningsih dan Kenanyan pergi dari Negeri Lubuk Penjage dengan alasan agar mereka dapat pencari dan menjalani kehidupan di negeri lain.
BACA JUGA:Waspadai Jalan Rusak di Jalur Musi Rawas – Muba, Rawan Kemacetan
Tetapi ini merupakan siasaat sang raja untuk menyingkirkan Kenayan dengan cara dibunuh di perjalanan.
Tak terasa semua rintangan dapat di hadapi oleh Kenayan dan istrinya.
Minggu berganti bulan, bulan berganti tahun namun Kenanyan tetap tidak dapat dibinasakan atau dikalahkan.
Belasan tahun Kenayan dan putri Sri Dewi Ningsih merantau, menimbulkan rasa takut pada putra-putra raja apabila kerajaan jatuh ke tangan Kenayan.
Oleh karena itu maka seluruh harta warisan raja agar dibagi habis kepada semua putranya.
Raja dipaksa untuk segera membagi habis hartanya, tak satupun harta yang berharga tersisah kecuali getuk (Kentongan) dan satu buah keromong yang tidak ada harganya.
Sehingga tak satupun yang mau mengambilnya. Tanpa diduga setelah raja selesai membagikan warisan Kenayan dan Putri Sri Dewi Ningsih datang, tapi tak satupun warisan yang diberikan mereka berdua.
Putri Sri Dewi Ningsih menghadap dan bertanya pada ayahandanya ampunkan hamba ayahanda apakah hamba tidak mendapatkan bagian dari warisan.
BACA JUGA:Kisah Dusun Muara Beliti Musi Rawas, Si Pahit Lidah Kecewa, Sumpah Mojomanis jadi Majapahit
Ayahandanya dan saudara laki-lakinya menjawab bahwa putri Sri Dewi Ningsih tidak mendapat warisan.
Tetapi kalau memang kamu masih menuntut juga masih ada yang tertinggal yaitu getuk (Kentongan) dan kromong.
Mendengar jawaban dari ayahanda dan saudara laki-lakinya, Putri Sri Dewi Ningsih menjadi kesal dan marah diambilnya getuk dan kromong tersebut.