Sejarah Keramat Penjage Bengkal dan Dian Pematang Hijau di Musi Rawas, Asal Mula Desa Lubuk Tua

Jumat 21-07-2023,00:04 WIB
Reporter : Budi Santoso
Editor : Budi Santoso

BACA JUGA:Pondok Pesantren Uswatun Hasanah Lubuklinggau Laksanakan Manasik Haji, Diikuti 500 Lebih Santri

Ibarat kata pepatah pucuk dicinta ulam pun tiba, karena hal itulah yang sangat ditunggu-tunggu oleh Kenayan. 

Semakin lama hubungan Kenayan dan Putri Sri Dewi Ningsih semakin dekat. 

Mereka saling mencintai, mereka berdua sangat bahagia karena hampir setiap saat dapat bertemu dan berbincang bersama walaupun dengan cara sembunyi-sembunyi agar tidak diketahui oleh Raja dan Hulubalang Kerajaan. 

Tahun demi tahun Raja Lubuk Penjage yaitu Haji Abdul kadir Jailani merasakan usianya yang semakin senja.

BACA JUGA:Presiden Jokowi Pastikan Tol Bengkulu-Lubuklinggau Segera Dibangun, Berikut Rencana Pengerjaannya

Beliau duduk termenung berpikir tentang kelangsungan pemerintahanya beliau memperkirakan bahwa untuk menggantikan tahta yang selanjutnya.

Sedangkan anak laki-laki nya dipandang tidak mampu untuk menggantikannya sebagai raja. 

Sedangkan untuk putrinya Sri Dewi Ningsih ia mengharapkan mendapatkan seorang laki-laki yang gagah berani dengan harapan mampu menggantikan kedudukannya sebagai raja. 

Pada pesta syukuran tahun berikutnya, raja mengumumkan bahwa akan diadakan sayembara pertandingan adu kekuatan. 

BACA JUGA:Presiden Jokowi Pastikan Tol Bengkulu-Lubuklinggau Segera Dibangun, Berikut Rencana Pengerjaannya

Siapapun yang dapat memenangkan pertandingan itu akan dinikahkan dengan putrinya Sri Dewi Ningsih.

Dengan adanya pengumuman sayembara itu maka beritapun menjadi buah bibir. 

Penduduk penasaran siapakah yang akan memenangkan pertandingan. 

Para jejaka, jagoan, jawara baik dari Negeri Lubuk Penyage maupun negeri tetangga mereka semua mempersiapkan untuk ikut bertanding.

BACA JUGA:Sejarah Desa Tanah Periuk Musi Rawas, Bering Kecik Pendekar Sakti dari Bengkulu, Kalah Perang Dihianati Istri

Kategori :