Setelah dekat Kenayan langsung memberi salam, maka sayup-sayup terdengar suara sahutan dari dalam gubuk.
Tidak lama muncul seorang laki-laki tua yang tidak berbaju badannya penuh dengan kurap (penyakit kulit) yang bernama Bujang Kurap.
BACA JUGA:Sejarah Dusun Terawas Musi Rawas, Dikelilingi 6 Keramat, Mitos Ada Ikan Seluang Kebal
Merasa sangat sedih dengan sikap dan perlakuan penduduk Lubuk Penjage, keduanya bersalaman dan berkenalan serta saling bertanya.
Mereka bercerita dengan serius sampai tersentuh perasaan setelah mereka berbincang mengenai nasib mereka.
Karena itu mereka berdua menjadi sahabat antara Kenayan dan Bujang Kurap.
Beberapa bulan setelah pesta atau sedekah dilaksanakan putri Sri Dewi Ningsih merasa sangat sedih, teringat akan peristiwa robohnya garang (tiang) istana, yang dipikul Kenayan.
BACA JUGA:Cerita Rakyat Musi Rawas, Asal Mula Desa Selangit, Dibentuk oleh Keturunan Raja Majapahit
Pada satu waktu Putri Sri Dewi Ningsih mempunyai kesempatan untuk berbincang dan berbicara langsung pada ayahandanya yaitu Raja Lubuk Penjage Haji abdul Kadir Jailani.
Dia langsung membahas tentang laki-laki yang telah berjasa memikul garang (Tiang) pada malam pesta atau sedekah bumi berlangsung.
Putri mengatakan pada ayahandanya agar memanggil kembali laki-laki itu ke istana untuk mengucapkan terima kasih dan diberi penghargaan atas jasa yang telah dia lakukan untuk menyelamatkan rakyat Lubuk Penjage.
Tak seorangpun tahu bahwa tuan putri mempunyai tujuan terselubung.
BACA JUGA:Keramat Moneng Tekending, Perantau Asal Rejang Lebong Mencari Peruntungan di Musi Rawas, Bertemu SAD
Selain tujuan untuk ucapan terima kasih, karena Putri Sri Dewi Ningsih memendam rasa rindu kepada Kenayan meskipun belum mengenal secara dekat.
Setelah mendengarkan cerita dari putrinya, raja pun segera memerintahkan hulubalangnya untuk mencari laki-laki yang bernama Kenayan.
Tak lama selang beberapa waktu ditemukannya pemuda yang nama Kenayan dan langsung dihadapkan pada raja dan rajapun bertanya pada Kenayan.