Pembalasan Barbarisme: Yordania Menolak Teken Perjanjian Pasok Kebutuhan Energi Israel

Pembalasan Barbarisme: Yordania Menolak Teken Perjanjian Pasok Kebutuhan Energi Israel

Pembalasan Barbarisme: Yordania Menolak Teken Perjanjian Pasok Kebutuhan Energi Israel --Pixabay.com

LINGGAUPOS.CO.ID – Menteri Luar Negeri Yordania, Ayman Safadi mengatakan bahwa negara Yordania menolak untuk menandatangani perjanjian energy berupa air dengan Israel

Isi dalam perjanjian itu seharusnya diratifikasi bulan lalu ini sejatinya Yordania akan memberi penyediaan pasokan energi untuk Israel dalam bentuk imbalan air.

Diambil dari sumber X @RachmatW_RW mengatakan bahwa Yordania tolak teken perjanjian pasok energy Israel. 

Kesepakatan ini diteken di Dubai oleh Menteri Luar Negeri Yordania, Menteri Energi Israel, dan Menteri Perubahan Iklim Uni Emirat Arab di depan Iklim AS, John Kerry pada 2021 lalu.

BACA JUGA:Ayam Petarung Ini Dikenal Mematikan, Berikut Cara Beternaknya

2023 lalu negara Yordania masih bertemu dengan Israel untuk memfinalkan perjanjian controversial.

“Kami telah melakukan dialog regional mengenai sejumlah proyek, dan saya pikir bahwa serangan Israel di Gaza telah terbukti, dan kerja sama energy untuk air tidak akan dilanjutkan,” ucap Menteri Luar Negeri Yordania.

Ucap Safadi negara Yordania akan memusatkan perhatian untuk mengakhiri apa yang mereka sebut sebagai “pembalasan barbarism” yang dilakukan Israel kepada Gaza.

Selain itu, Safadi juga menegaskan, negara Yordania tidak akan lagi berdialog mengenai siapa yang memerintah di Gaza setelah konflik ini selesai.

BACA JUGA:Ini Cara Muhammadiyah Uji Publik Capres dan Cawapres, Cek di Sini Caranya

Mereka mengkhawatirkan tindakan itu berpotensi sebagai lampu hijau bagi Israel untuk melakukan apa saja yang mereka inginkan. 

“Jika komunitas internasional ingin membicarakan soal ini, mereka harus menghentikan perang ini sekarang juga,” sambungnya.

Pada 2021 lalu, rencana mengenai kesepakatan energy untuk air Israel ini sudah didemo masyarakat setempat. 

Mereka menilai bahwa perjanjian tersebut akan mengarah pada normalisasi hubungan kedua negara ini, padahal Israel masih berusaha menduduki Palestina.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: