Sejarah Kota Lubuklinggau yang Melawan Penjajahan Setelah Kemerdekaan 1945, Begini Sejarahnya, Part 2

Sejarah Kota Lubuklinggau yang Melawan Penjajahan Setelah Kemerdekaan 1945, Begini Sejarahnya, Part 2

Sejarah Kota Lubuklinggau yang Melawan Penjajahan Setelah Kemerdekaan 1945, Begini Sejarahnya, Part 2--museum perjuangan subkos garuda sriwijaya

Sebelum menjelang penyerangan, Kolonel Maludin Simbolon beserta anggota staf telah terlebih dahulu memindahkan markas dan pasukan Divisi VIII/Garuda menuju Lubuklinggau.

BACA JUGA:Sejarah Singkat Hari Sumpah Pemuda, Cocok untuk Jawaban Soal Ujian

Kemudian disusul oleh rombongan Residen Abdul Rozak beserta staf Keresidenan Palembang pergi dari Lahat menuju Lubuklinggau pada 23 Juli 1947.

Perlu digaris bawahi dengan bergabungnya pemerintahan sipil dan militer di Kota lubuklinggau menjadikan perjuangan mempertahankan menjadi semakin solid. Sehingga keinginan Belanda untuk menguasai Sumatera Selatan secara cepat mengalami kesulitan. 

• Agresi Militer Belanda II 1948

Setelah gagal melancarkan Agresi Militer I untuk melumpuhkan kekuatan militer di karesidenan Palembang daerah Sumatera bagian Selatan guna menguasai objek-objek vital penghasil ekonomi.

Pasukan Belanda kembali melancarkan aksi militernya yang kedua. Namun, keputusan Belanda untuk melaksanakan aksi Polisionil  atau agresi militer berhasil dipantau oleh anggota unit pemantau radio yang ditugaskan Kolonel Maludin Simbolon sebagai panglima sub Teritorium Sumatera Selatan yang berkedudukan di Lubuklinggau.

Unit pemantauan radio ini dipimpin oleh Kapten A.M Thalib, yang merupakan staf intel/Penerangan. Ia berhasil menangkap siaran radio berita Prancis Agence France Presse (AFP)

Siaran tersebut mengatakan bahwa Belanda tidak lagi mengakui gencatan senjata dan akan melancarkan serangan pada dini hari.

Sehingga dengan dasar berita tersebut maka, Kolonel Maludin Simbolon mengirim informasi melalui radiogram dan juga melalui kurir-kurir tentang berita Agresi belanda ini kepada Komando militer daerah yang berada dibawah komando Sub Teritorium Sumatera Selatan.

BACA JUGA:27 Oktober Memperingati Hari Listrik Nasional, Begini Sejarah Masuknya Listrik

Yaitu, Sub Teritorium Palembang (STP), Sub Teritorium Bengkulu (STB), Sub Teritorium Djambi (STB), Sub Teritorium Lampung (STL).

Adapaun isi pesan dari radiogram tersebut, menjadi acuan  bahwa Belanda akan melakukan Agresi, maka diperintahkan untuk melaksanakan pembumihangusan semua gedung perkantoran, dan jembatan agar menghambat ruang gerak pasukan Belanda.

Adapun bangunan atau jembatan yang dibumihanguskan di Lubuklinggau yaitu; Penghancuran Jembatan Tanah Periuk yang menghubungkan Lubuklinggau-  Tugumulyo, Perusakan Sarana Transportasi Kereta Api di Mesat, Penghancuran Lokomotif Kereta Api di dekat Stasiun Lubuklinggau, dan sebagainya.

Sedangkan, markas Subkoss yang dihuni Kolonel Simbolon tidak sempat dibumihanguskan, sedangkan gedung-gedung di sekitarnya hampir rata dengan tanah. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: