Cerita Rakyat Musi Rawas, Tuah Negeri Pasang Strategi, Belanda Takut Dengan Busa Warna Merah
Sejarah Tuah Negeri melawan Belanda--
“Bismillahirokmanirrohim, malang mujur berlanting, Mang sampan pelampung naik timbul, seumpama batu tendam tenggelam, sambil berlayar dak ada arah tujuan, sekedar menuruti petunjuk mimpi,” demikian kalimat yang diucapkan Si Kumbang dikutip dari buku cerita rakyat Musi Rawas.
Berlayarlah Si Kumbang mengikuti seenaknya arah air kemana mau mengalir.
Detik demi detik berganti menit, dan menit pun berganti jam, dan jam pun berganti hari. Siang, sore, malam, terus berjalan menyambut pagi.
Iktiar yang tanpa rasa lelah dan putus asa akhirnya menemukan titik terang.
BACA JUGA:Sebelum Pindah ke Banyuasin, AKBP Ferly Rosa Putra Pecat Empat Anggota Polres Muratara, ini Kasusnya
Lebih kurang pukul tujuh pagi ayam jago Si Kumbang berkokok tiada henti.
Ini berarti pertanda bahwa tempat yang dilukiskan dalam mimpinya berada disekitar ayam berkokok tersebut.
Si Kumbang meluaskan pandanganya dan pandangannya terhenti kearah depan rakitnya.
Kala itu Si Kumbang melihat atap-atap umah yang menggambarakan suatu dusun.
BACA JUGA:Bangun 101 Kampung KB, Gayo Lues Integrasikan Pembangunan Desa dengan Intervensi Penurunan Stunting
Si Kumbang juga menemukan Jamban, lalu mulai naik ke darat dan bertemu dua orang perempuan sedang mengatapi rumahnya dengan daun umbai.
Ketika bertemu dengan dua orang perempuan itu, Si Kumbang menyapa dengan salam.
Lantas Si Kumbang bertanya kepada perempuan tadi kemana Mamang sampai-sampai bibi dan adik mengatap rumah sendiri.
Perempuan tua tadi lentas menjawab pertanyaan Si Kumbang, kalau Mamang atau suaminya sudah mati.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: