Keunikan Situs Megalitik Tutari, Berada di Atas Bukit, Berikut Asal Usul Namanya

Keunikan Situs Megalitik Tutari, Berada di Atas Bukit, Berikut Asal Usul Namanya

Situs Megalitik Tutari berada di atas bukit di Kabupaten Jayapura Papua.-Dokumen-indonesia.go.id

BACA JUGA:Peringatan HUT Bhayangkara ke-77, Presiden Jokowi: Jangan Ada Lagi Persepsi Tajam ke Bawah Tumpul ke Atas

Suku Ebe kemudian hidup berpindah, tidak hanya menguasai bekas wilayah Tutari. Mereka juga menjelajah ke Tanjung Warako, dan bergeser ke Ayauge di utara sebelumnya akhirnya menetap di tepian Danau Sentani. 

Suku penakluk Tutari ini kemudian diketahui sebagai nenek moyang dari masyarakat Kampung Doyo Lama, Kwadeware, dan Yakonde.

Peninggalan megalitik di Situs Tutari setidaknya dibagi menjadi enam sektor. Sektor pertama berupa batu berlukis (rock art) di mana terdapat 147 karya lukis di atas 115 bongkahan batu menggunakan teknik gores. 

Ada yang dilukis tunggal atau terdiri dari 2-5 lukisan dalam satu bongkahan batu. Ada 13 jenis dan motif lukisan, di antaranya unsur matahari, manusia, flora, dan satwa. 

BACA JUGA:Profil Ridwan Mukti, Gubernur Bengkulu Periode 2016 – 2017 yang Dukung Pemekaran Provinsi Sumsel Barat

Lukisan terbanyak yaitu motif ikan (95 buah), biawak (18), dan kura-kura (13). Kemudian ada terdapat empat bongkahan batu berjajar saling berdekatan dipahat membentuk bagian kepala, leher dan badan. 

Batu-batu tersebut dijuluki sebagai batu ondoafi. Keempat batu itu dianggap mewakili suku yang pernah ada di Doyo Lama. 

Batu-batu ini bentuknya seperti manusia seolah sedang menatap ke Kampung Doyo Lama. 

Saat ini kondisi batu-batu tersebut sudah mulai terkikis oleh iklim sehingga bentuk dan besarannya sudah tidak sama lagi.

BACA JUGA:Benarkah Kerajaan Sriwijaya Pernah Ada di Rejang Lebong Bengkulu, Ini Buktinya

Ada pula yang disebut sebagai batu berjajar (stone arrange) terdiri dari tatanan dua deret batu disusun berjajar di mana  deret sebelah kanan terdiri dari 70 batu. 

Sedangkan deret kiri sebanyak 44 batu. Batu-batu ini susunannya seperti penunjuk arah dengan pangkalnya ke arah batu berlukis dan bagian ujung mengarah ke kelompok menhir. 

Peneliti dari Balai Arkeologi Papua, Hari Suroto menyebut, model tinggalan megalitik seperti ini umumnya dikaitkan dengan suatu kegiatan upacara.

Lalu ada lagi peninggalan berupa batu temu gelang (stone enclosure) yaitu tatanan batu tersusun melingkar di mana ujung satu dan lainnya saling bertemu. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: