Kesulitan Dapat Air Pembibitan Ikan di Musi Rawas Banyak Tutup
LINGGAUPOS.CO.ID - Sejak pengeringan Daerah Irigasi (DI) Kelingi-Tugumulyo, petani pembibitan ikan di Kecamatan Tugumulyo kesulitan mendapatkan air. Akibatnya, sejumlah tempat pembibitan ikan tidak operasi.
Petani pembibitan ikan di Desa A Widodo Kecamatan Tugumulyo, Kabupaten Musi Rawas (Mura), Doni dampak dari pengeringan saluran irigasi, ia jadi sulit mendapatkan air.
“Air bagi usaha pembibitan ikan sangat vital, kalau tidak ada air bagaimana ikan bisa hidup,” katanya.
Untuk mengatasi persoalan tersebut, Doni mengaku terpaksa harus menambah biaya operasional dengan cara mengambil air dari sungai dengan cara disedot menggunakan pompa air.
BACA JUGA:Mau Pemeriksaan Kesehatan dan USG Gratis di TOS, Daftar ke Sini
BACA JUGA:Pemdes di Muratara Disarankan Buat Program Bantuan Budidaya Kambing Kacang
Untuk mengambil air di sungai Tupak sekitar 200 Meter dari kolam miliknya Doni harus mengoperasikan dua pompa.
“Saya ambil air dari Sungai Tupak dengan cara disedot pakai pompa secara estapet pakai dua pompa. Kalau satu pompa air tidak sampai ke kolam saya,” akunya.
Menurutnya untuk mendatangkan air dari Sungai Tupak ke kolam miliknya menghabiskan Partelite 10-15 liter per hari.
“Terpaksa harus nanambah biaya operasional untuk beli bensin. Untuk itu juga harus kami imbangi dengan menaikan harga bibit ikan,” jelas Doni menjadi pembibit ikan turun-temurun dari orang tuanya.
BACA JUGA:Capek di Perjalanan Istirahat Dulu di Polsek Muara Beliti, Ada Kopi dan Wifi Gratis
BACA JUGA:Penumpang di Bandara Silampari Wajib Vaksin Booster
Bibit ikan yang dihasilkan di kolam milik Doni diantaranya bibit ikan lele, ikan gurame, ikan mas, ikan nila dan ikan patin. Harganya mulai dari Rp70 hingga Rp200 per ekor.
Walaupun saat ini saluran irigasi dikeringkan namun penjualan bibit tidak menurun, karena kolam tidak jauh dari sungai alam tetap melakukan budidaya seperti kolam di daerah Desa Srimulyo dan Kecamatan Sumberharta.
Disamping itu pembeli juga datang dari luar daerah diantaranya dari Kabupaten Bangko, Muaro Bungo Provinsi Jambi, Kota Jambi, Kota Prabumulih, Kota Palembang, dan Provinsi Bengkulu.
Berkaca dari pengalaman saat pengeringan irigasi tahap pertama, di bulan pertama pengeringan penjualan bibit ikan normal namun di bulan kedua dan seterusnya meningkat karena pembibitan ikan banyak yang tidak operasi dampak dari kesulitan dapat air.
BACA JUGA:Pemdes di Muratara Disarankan Buat Program Bantuan Budidaya Kambing Kacang
BACA JUGA:Pelantikan Pengurus Percasi Mura Sukses, Benni Chandra Ketuanya
“Pengeringan tahap pertama empat bulan tahap kedua ini enam bulan. Pengalaman saya saat pengeringan tahap pertama dibulan pertama penjualan bibit ikan normal, tapi setelah bulan kedua meningkat karena banyak pembibit ikan yang tidak operasi karena sulit air,” katanya.
Disamping kendala soal air karena dampak pengeringan saluran irigasi, Doni menyebutkan keluhan petani ikan sejak tiga bulan terakhir saat ini soal harga pakan ikan naik terus.
“Memang naiknya tidak banyak Rp 10 ribu per sak ukuran 30 Kg namun dalam satu bulan terkadang naik sampai tiga kali,” ungkapnya.
Ia memberikan sampel pakan standar yang semula seharga Rp 280 ribu persak kini naik menjadi Rp 310 ribu.
“Kabarnya ini akan naik lagi,” ungkapnya.
Ia berharap harga pakan stabil tidak naik terus seperti saat ini. “Kalau bisa turun dari harga sekarang,” harapnya. (sin)
Dapatkan update berita LINGGAUPOS.CO.ID di Google Berita
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: