Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck (1)

Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck (1)

Cover buku tenggelamnya kapal van der wijck.--

Catatan:  Hendy UP *]

Setelah hampir 90 tahun lamanya, sebuah karya sastra monumental yang legendaris, kini dicetak ulang dengan desain sampul baru dan aneka kehebohannya.

Roman bari itu bertemakan “kisah-cinta” dengan balutan friksi & dialektika pergeseran nilai budaya di sebuah negeri tua yang bernama Ranah Minang. 

Yaa, sepenggal tanah Melayu yang menyimpan ragam heliks DNA & RNA semenjak dahulu kala. Dari heliks jeniusitas, sastrawan, pemikir, budayawan hingga politikus yang kontroversial di zaman ini. 

BACA JUGA:Sejarah & Dinamika Desa Q Buminoto Musirawas (2)

Alkisah, pada tahun 1938, lahirlah karya sastra monumental dari seorang ulama besar bernama HAMKA (Haji Abdul Malik Karim Amrullah). Terbit pertama kali di majalah “Pedoman Masyarakat” yang dipimpin oleh HAMKA sendiri. Usia beliau saat itu 31 tahun. Karya monumental lainnya, antara lain adalah “Di Bawah Lindungan Ka’bah”.

Kemudian diterbitkan dalam bentuk buku roman oleh M. Syarkawi dua kali (1939 & 1949); dan mendapat kritikan keras dari kalangan agamawan karena dianggap menyalahi kebiasaan dan kelaziman adat tradisi kala itu (1938-1948). 

Penerbitan selanjutnya dikelola oleh PN Balai Pustaka hingga ke-7. Mulai penerbitan ke-8 (1961) hingga ke-17 dikelola oleh Penerbit Nusantara (swasta). Dan sejak cetakan ke-18 (1986) dan seterusnya diterbitkan oleh PT Bulan Bintang, yang dicetak oleh PT Midas Surya Grafindo, Jakarta dengan ISBN- 979-418-055-6.

Roman kisah-kasih yang yang unik ini, terkelindan antara Pemuda malang Zainuddin, ‘gadih Minang’ Hayati, Azis dan Khadijah serta pemuda Muluk itu terserak pada 28 mozaik kisah, yakni:

BACA JUGA:Sejarah & Dinamika Desa Q Buminoto Musirawas (1)

1. Anak orang terbuang;

2. Yatim piatu;

3. Menuju negeri nenek moyang;

4. Tanah asal;

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber: