Sejarah & Dinamika Desa Q Buminoto Musirawas (1)

Sejarah & Dinamika Desa Q Buminoto Musirawas (1)

Kopifoto Disertasi KJ Pelzer (1945). [Dokpri: Hendy UP, 7 Agustus 2025]--

Catatan: Hendy UP *) 

Jika kita telaah disertasi KJ Pelzer (1945) yang bertitel "Pioneer Settlement in The Asiatic Tropics: Studies ... in Southeastern Asia"; maka kita akan temukan data bahwa kolonisasi periode pertama di Toegoemuljo  dari tahun 1937 hingga Oktober 1940, telah berhasil membentuk 15 desa dengan total transmigran  2.486 kepala keluarga. 

Ke-15 desa tersebut adalah: A. Widodo, B. Srikaton, C. Nawangsasi, D. Tegalrejo, E. Wonokerto, F. Trikoyo, G. Mataram , H. Wukirsari, I. Sukomulyo, J. Ngadirejo, K. Kalibening, L. Sidoharjo, M. Sitiharjo,  O. Mangunharjo,  dan P. Mardiharjo. 

Hal ini tertera di dalam disertasi tersebut pada halaman 222, sebagai berikut: "In October  1940 this project had 15 desas, according to an oral statement by the Controleur at Loeboeklinggau. Six hundred and fourteen families had arrival in 1937, 859 in 1938, 423 in 1939, and 590 in 1940". KJ Pelzer: 1945, page 222].

Seluruh area kolonisasi Tugumulyo berada di wilayah Marga Proatin V, Onderdistrict Muarabeliti yang kala itu dijabat oleh Pangeran Amin Ratoe Asmaraningrat. Sejarah bari mencatat bahwa wilayah Marga Proatinlima berawal dari lima "dusun tuo" yakni: Muarabeliti, Pedang, Tanahperiuk, Tabapingin dan Kayuara.

BACA JUGA:Dana PIP Dicairkan Agustus 2025, Jangan Salah Ini Nominalnya

Sedangkan Marga Sindang Kelingi Ilir, yang merupakan pecahan Marga Sindang Kelingi (berpusat di Padang ulaktanding), baru terbentuk sekitar 1852 pasca penyerahan wilayah Rejang dari Residen Palembang ke Residen Bengkulen. 

Pada tahun 1941, proyek Bendung Watervang selesai dibangun dengan  jaringan irigasi sepanjang 10 km hingga ke Desa F. Trikoyo, dan menghabiskan dana  765 guilder (lk Rp. 5,5 milyar). Berpotensi mengairi  35 ribu hektar sawah, walaupun baru dioperasikan (1940) seluas 6.575 ha dengan rincian: 3.840 ha untuk transmigrans Tugumulyo, dan 2.735 ha untuk  pribumi Marga Proatin V yang berada di Dusun Tanahperiuk.

Karena pendudukan Jepang, konsolidasi pasca-kemerdekaan RI, dan kekacauan Clash Action I dan II, maka program transmigrasi di Musi Rawas terhenti sama sekali. 

Baru pada tanggal 12 Desember 1950, pemerintah RI melanjutkan kembali pengiriman transmigran dari Jawa ke Lampung 23 KK dan ke Musi Rawas 2 KK dengan total  98 jiwa. Itulah sebabnya, tanggal 12 Desember dijadikan sebagai Hari Bhakti Transmigrasi. 

BACA JUGA:Lapas Lubuk Linggau Gelar Bakti Sosial Sebagai Implementasi Program Akselerasi Menimipas

Pada tahun 1953-1954, ke Musi Ulu Rawas didatangkan transmigran dari Jateng dan Jatim yang ditempatkan di Desa  Q. Buminoto. Dan di tahun-tahun selanjutnya menyusul ditempatkan di desa R. Rejosari, S. Kertosari dan T. Bangunsari. 

Menurut Rispan bin Kasni (72 th) mantan Kades Q1 Tambahasri  dua periode (1986-1995), Desa Q. Biminoto mula-mula dihuni oleh 45 KK dipimpin oleh Kades Joyokaryo selama 12 tahun. Pejabat Cariknya (kini Sekdes) adalah Sdr. Budi. Ketika pada tahun 1965 ada penambahan KK transmigran, maka Desa Q. Buminoto dimekarkan menjadi dua desa yaitu Desa  Q1. Tambahasri dan Q2. Wonorejo. Dan nama Desa Q.Buminoto hilang sama sekali. [Wawancara dengan Pak Rispan pada 2 September 2020 di rumahnya).

Masih menurut narasumber Rispan, urutan penjabat Kades Q. Buminoto dan/atau Desa Q1. Tambahasri hingga tahun 2025 ini adalah: 

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber: