Gempa Darat Kembali Guncang Muara Enim

Gempa Darat Kembali Guncang Muara Enim

Gempa Muara Enim--

MUARA ENIM, LINGGAUPOS.CO.ID - Kedua kalinya Muara Enim mengalami gempa bumi. Kali ini terjadi Selasa 18 Oktober 2022 sekitar pukul 21.41 WIB. 

Gempa kali juga gempa darat dengan kekuatan 4.2 skala richter. Guncangan gempa sangat terasa di Tanjung Enim, Lahat dan sekitarnya.

''Saya kira apa, kok rumah bergoyang. Ternyata gempat bumi. Memang getarannya tidak terlalu kuat tapi cukup terasa. Kejadiannya sekitar pukul 21.00 WIB, tapi tidak berlangsung lama,'' ujar Yatimah, warga Karang Asem Kecamatan Lawang Kidul, Muara Enim

Senada dikatakan Tukiyem, warga Tegal Rejo. Menurutnya, getaran gempar sempat membangunkan tidurnya. Dia dan warga lain berharap tidak ada lagi gempa susulan.

BACA JUGA:Jarang-jarang, Muara Enim Gempa ini Penyebabnya

Kalak BPBD Muara Enim H.Abdurrozieq Putra,S.T., M.T. mengatakan berdasarkan informasi yang digerima dari BMKG Kotabumi Lampung Utara, bahwasanya beberapa kabupaten di Sumatera Selatan terkhusus kabupaten Muara Enim merupakan daerah yang berada di bukit barisan dan merupakan daerah lipatan dan patahan yang berpotensi terjadi sesar lokal.

‘’Untuk potensi gempa akan selalu ada. Gempa ini terjadi proses penyeimbangan pada sesar tengah,’’ ujarnya.

Diimbau kepada masyarakat untuk tidak panik. Informasi dari BMKG Kotabumi pada saat koordinasi di bulan lalu menyampaikan bahwa energi berupa gempa kecil yang terjadi.

‘’Hal tersebut lebih baik dibandingkan energinya tersimpan atau tertahan dan sudah terkumpul akan terlepas yang akan mengakibatkan gempa besar,’’ ungkapnya. 

BACA JUGA:Tengah Malam Lahat Gempa, BMKG: Gempa Tektonik Patahan Lokal

Sebelumnya, Pengamat Meterologi Geofisika BMKG Kepahiang, Sabar Ardiansyah, menjelaskan gempa di Muara Enim akibat bergesernya patahan lokal segmen Komering.

Segman Komering ini memanjang dari Muara Enim hingga Muara Dua, OKU Selatan atau di Danau Ranau.

“Kalau yang paling sering beraktivitas di ujung Danau Ranau. Kalau untuk yang pangkal ini memang jarang,” jelasnya.

“Jadi kalau melihat dari pantahannya, memang bergeser. Berbeda dengan yang di laut bisa patahan naik, patahan turun mengakibatkan gelombang air atau tsunami sedangkan untuk yang didarat tetap,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: