Mengapa Korban Inses di Rejang Lebong Bengkulu Justru Membela Pelaku, ini Penjelasannya

Mengapa Korban Inses di Rejang Lebong Bengkulu Justru Membela Pelaku, ini Penjelasannya

Mengapa Korban Inses di Rejang Lebong Bengkulu Justru Membela Pelaku, ini Penjelasannya--

BACA JUGA:Berapa Besaran THR 2024 yang Diterima Karyawan, Yuk Simak

Secara sadar membantu pelaku, sekalipun untuk melakukan tindak kejahatan.

Mendukung setiap kata-kata, tindakan, dan nilai yang diyakini oleh pelaku.

Enggan terlibat dalam usaha pembebasan atau penyelamatan korban-korban lainnya.

Mulai muncul perasaan negatif pada pihak-pihak yang ingin membebaskannya, baik itu kepolisian, teman, hingga keluarga.

BACA JUGA:Doa Agar Terhindar dari Serangan Binatang Buas, Pecinta Alam Wajib Tahu

Korban dengan Stockholm syndrome juga bisa mengalami berbagai gejala gangguan mental yang mirip dengan PTSD (post-traumatic stress disorder).

Yakni, seperti gelisah, selalu curiga, sulit berkonsentrasi, selalu mengenang trauma masa lalu, sering bermimpi buruk, dan sulit menikmati hidup.

Juga dijelaskan tidak ada pengobatan khusus untuk mengatasi kondisi ini. 

Meski begitu, Stockholm syndrome masih bisa disembuhkan dengan beberapa metode umum, seperti pemberian obat untuk mengatasi kecemasan dan terapi psikologis (psikoterapi).

BACA JUGA:Bulan Ramadan, 2 Gudang Minyak Mentah Ilegal di Musi Banyuasin Terbakar, Viral di Media Sosial

Biasanya, psikolog dan psikiater juga menyarankan pengidap Stockholm syndrome menjalani rehabilitasi. 

Namun, durasi rehabilitasi pada setiap pengidap berbeda-beda, tergantung dari seberapa kuat ikatan emosional yang telah terbentuk antara korban dan pelaku.

Dukungan dari kerabat terdekat juga sangat dibutuhkan dalam hal ini, terutama jika pasien sudah berada di tahap depresi. 

Dukungan dari teman dan keluarga akan membantu proses rehabilitasi berjalan lebih optimal. Dengan begitu, pengidap akan pulih sesegera mungkin.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: