Mengapa Korban Inses di Rejang Lebong Bengkulu Justru Membela Pelaku, ini Penjelasannya

Mengapa Korban Inses di Rejang Lebong Bengkulu Justru Membela Pelaku, ini Penjelasannya

Mengapa Korban Inses di Rejang Lebong Bengkulu Justru Membela Pelaku, ini Penjelasannya--

REJANG LEBONG, LINGGAUPOS.CO.ID – Kasus inses (hubungan seks sedarah) yang terjadi di REJANG LEBONG Provinsi Bengkulu, membuat kaget publik.

Karena tersangka KG (21) dan korban RI (17) diketahui sudah sejak 2021 lalu melakukan hubungan terlarang tersebut.

Mereka memiliki anak usia 2 tahun. Selain itu, korban RI juga sudah dua kali keguguran, imbas hubungan sedarah tersebut.

Yang bikin syok, korban RI justru datang ke kantor polisi. Ia memeluk kakaknya yang juga pelaku, dan memintanya jangan lama-lama, karena ia menunggu.

BACA JUGA:6 Fakta Miris Inses di Rejang Lebong Bengkulu, Korban Tunggu Pelaku Pulang

Menurut para ahli, kondisi dimana korban kemudian menjadi simpati kepada pelaku, disebut dengan Stockholm syndrome.

Stockholm syndrome ini bisa terjadi kepada korban penculikan, pelecehan anak, pelatihan atlet, kekerasan dalam rumah tangga, perdagangan manusia, bahkan toxic relationship.

Seperti dikutip LINGGAUPOS.CO.ID dari lama Siloam Hospital, Rabu 27 Maret 2024, dalam kasus pelecehan anak, terjadi karena anak sebagai korban bingung.

Yakni, anak korban pelecehan sering kali merasa bingung dengan sikap pelakunya. 

BACA JUGA:Heboh, Korban Inses di Rejang Lebong Bengkulu, Peluk Pelaku dan Mengatakan: Cepat Pulang Kak, Aku Tunggu

Meski mendapatkan kekerasan secara fisik, anak bisa saja mengatakan hal tersebut sebagai wujud bentuk kasih sayang, sehingga muncul keinginan untuk melindungi pelaku.

Juga dijelaskan tanda-tanda stockholm syndrome, yakni memiliki beberapa gejala. 

Seperti muncul perasaan positif kepada pelaku kriminal, baik itu kasus penculikan, kekerasan, atau lain-lain.

Merasakan kedekatan emosional dengan pelaku.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: