Akibat Puntung Rokok, Sudah 3 Kali Terjadi Kebakaran Lahan di Lubuklinggau

Akibat Puntung Rokok, Sudah 3 Kali Terjadi Kebakaran Lahan di Lubuklinggau

Petugas memadamkan api kebakaran lahan di Lubuklinggau, yang diduga akibat puntung rokok--

"Kami imbau kepada masyarakat untuk dapat memantau lingkungan masing-masing, jangan sampai membuang puntung rokok sembarangan," kata

Selain itu mengimbau masyarakat untuk membersihkan semak belukar di lingkungan rumah. Sebab dengan begitu menurutnya, apabila ada rembetan api maka tidak menyambar pemukiman.

BACA JUGA:Warga Lubuklinggau Wajib Tahu Ini, Hati-hati Lewat Tol Palembang-Indralaya, Ini Pesan PT Hutama Karya

Sebelumnya, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengingatkan bahwa Sumatera Selatan (Sumsel), pada saat ini sedang berada pada puncak musim kemarau.

Oleh karena itulah BMKG mengingatkan agar semua pihak untuk menghindari aktivitas membakar lahan dan hutan, yang dapat mengancam terjadinya kebakaran baik pada perumahan, kebun, hutan dan lahan.

Kepala Stasiun Klimatologi Kelas I Sumatera Selatan Wandayantolis dalam rilis yang diterima LINGGAUPOS.CO.ID, Senin 14 Agustus 2023, mengatakan pada saat kemarau, selain munculnya bahaya kebakaran lahan dan kekeringan, kualitas udara cenderung menurun.

Karena meningkatnya polusi partikulat dari debu dan asap, penggunaan masker saat di luar ruangan akan dapat mengurangi gangguan kesehatan.

BACA JUGA:Memasuki Musim Kemarau, Masyarakat Dihimbau Tetap Waspada DBD

Ia juga menjelaskan, sebagaimana prakiraan awal, puncak kemarau di Sumatera Selatan pada Juli dan Agustus meski hujan secara lokal dengan durasi pendek masih terjadi.

Perkembangan dinamika atmosfer yang menunjukkan eksistensi el nino lemah dengan potensi meningkat menjadi moderat pada akhir tahun.

Bahkan dijelaskan ada 11 daerah yang curah hujannya rendah, yang disebut juga dengan Hari Tanpa Hujan (HTH).

Bahkan di sebagian kecil Kabupaten OKI yang mencapai 21-30 hari.

BACA JUGA:Hattrick La Nina Tiga Tahun Berturut-turut Sebabkan Musim Kemarau Datang Terlambat

Kategori menengah 11-20 hari terjadi pada sebagian OKI, sebagian OI, sebagian Lahat, sebagian kecil OKU Timur, OKU, OKU Selatan, Pagar Alam, Muara Enim, PALI, Banyuasin dan Musi Banyuasin.

Meluasnya HTH mengindikasikan kekeringan meteorologis yang mulai terjadi di mana curah hujan telah jauh lebih rendah dibandingkan laju kehilangan air dari permukaan bumi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: