Mbah Kerto, Jemaah Haji Usia 105 Tahun atau Tertua di Sumsel, Titip Pesan untuk Gubernur
Mbah Kerto Yitno (kedua dari kiri), jemaah haji tertua di Sumsel bersama ketiga anaknya di rumah mereka, di Desa Berasan Jaya, Kecamatan Buay Madang Timur, OKU Timur-sumateraekspres.id-
BACA JUGA:Kuota Haji Berkurang, 1 JCH OKI Meninggal Dunia
Pendengarnya sudah banyak berkurang. Harus bicara dekat telinganya baru dia mendengar yang diobrolkan.
Karena itu, obrolah dengan Mbah Kerto didampingi sang anak sulung, Ngadiem.
Mbah Kerto cerita perjuangannya untuk bisa berangkat haji. Saat manasik, dia melihat ada jemaah yang jatuh pingsan karena kepanasan dan kelelahan.
“Kalau Mbah tadi tidak kenapa-kenapa. Alhamdulillah aman-aman saja,”terangnya. Walau usia jauh di atas jemaah lain, tapi Mbah masih energik dan penuh semangat.
Seharusnya, Mbah Kerto sudah berhaji pada tahun 2020 lalu. Tapi gara-gara Covid-19 melanda dunia, batal.
Saat itu, JCH kategori lansia tidak diperbolehkan berhaji dulu karena rentan terkena virus
“Sempat sedih waktu itu. Tapi Mbah tetap semangat dan tidak putus asa karena yakin pasti akan berangkat juga. Ternyata tahun ini,” paparnya.
Mbah Kerto mendaftar haji pada 2014 lalu. Duitnya dari bertani pada sawah miliknya seluas 5 hektare.
BACA JUGA:PGRI Sumatera Selatan Galang Koin untuk Guru Sularno, Bayar Denda Rp60 Juta Putusan Pengadilan
Sedikit demi sedikit hasil bertani dia kumpulkan. Ditabung. Kemudian setelah cukup Rp25 juta untuk setoran awal, Mbah Kerto pun mendaftar haji di bank.
Dia juga sudah siapkan biaya untuk pelunasannya. Kini lahan persawahan itu sudah dia bagi-bagikan kepada kelima anaknya.
Mbah Kerto ingin kelima anaknya bisa berangkat semua ke Tanah Suci. Melaksanakan ibadah haji.
Menyempurnakan rukun Islam. Dari lima anaknya itu, sudah dua orang yang berhaji. Yakni anak sulung dan dan yang nomor tiga.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: sumateraekspres.bacakoran.co