Kenali Penyebab Pendarahan Miss V, Siloam Hospitals Silampari Edukasi Tatalaksana Gejala dan Penanganan

Kenali Penyebab Pendarahan Miss V, Siloam Hospitals Silampari Edukasi Tatalaksana Gejala dan Penanganan

Dokter spesialis Obstetri dan Ginekologi dari Siloam Hospitals Silampari, dr. Oktrivianus Sanjaya, Sp.OG.--

LUBUKLINGGAU, LINGGAUPOS.CO.ID - Persoalan organ vagina ('miss v') tidak saja terkait keputihan, iritasi ataupun infeksi yang disebabkan bakteri.

Sebab, ada juga persoalan uterus abnormal yang mesti diwaspadai, terutama dikalangan usia remaja putri yang memasuki masa pubertas pun saat wanita dewasa mengalami masa menopause.

Dokter spesialis Obstetri dan Ginekologi dari Siloam Hospitals Silampari, dr. Oktrivianus Sanjaya, Sp.OG., pada edukasinya mengatakan, perdarahan uterus abnormal (dysfunctional uterine bleeding/DUB) hampir memengaruhi setiap wanita, paling tidak satu kali seumur hidupnya.

Adapun, berdasarkan riset dari American Society for Reproductive Medicine, DUB paling sering terjadi saat pubertas dan menopause.

BACA JUGA:Perlu Orangtua Ketahui, Obesitas pada Anak, Kenali Penyebabnya

Selain itu, perdarahan uterus abnormal bisa dialami kapan saja bila kadar hormon dalam tubuh tak seimbang. 

"Kondisi ini merupakan perdarahan hebat atau perdarahan yang tidak biasanya dari uterus keluar melalui Miss V. Perdarahan ini dapat terjadi kapan saja saat siklus menstruasi atau di luar siklus menstruasi", tutur dr. Oktrivianus Sanjaya, Sp.OG., Sabtu (10/09/2022) di kota Lubuklinggau dalam edukasi bertajuk : " MENGENAL PERDARAHAN UTERUS ABNORMAL PADA REMAJA".

Menurut Oktrivianus Sanjaya, terjadinya perdarahan uterus abnormal (PUA) merupakan perdarahan abnormal dari uterus/rahim dalam hal durasi, volume, frekuensi dan atau keteraturannya.

PUA merupakan keluhan ginekologi yang umum terjadi pada remaja dengan prevalensi hampir 40% pada remaja.

BACA JUGA:Ini Alasan Kucing Suka Menjilati Bulu- bulunya Sendiri

Meskipun usia pubertas cenderung menurun selama beberapa dekade terakhir, usia menarche tetap konstan pada 12-13 tahun, termasuk siklus menstruasi normal terjadi antara 21 - 45 hari, berlangsung 2 - 7 hari, dengan kehilangan darah normal 30 mL per siklus atau 3-6 pembalut per hari.

Adanya keluhan PUA pada remaja terjadi pada 3-5 tahun pertama setelah menarche berupa perdarahan yang berlebihan, berkepanjangan yang berasal dari rahim yang tidak disebabkan oleh kehamilan atau penyakit panggul.

Faktor Penyebab dan Gejala

Perdarahan uterus abnormal (PUA) pada wanita, umumnya disebabkan oleh dua faktor,  yaitu faktor struktural dan non struktural. Sistem PALM-COEIN memisahkan penyebab PUA menjadi penyebab struktural (PALM) dan non-struktural (COEIN).

BACA JUGA:Atasi Diare Anda dengan Konsumsi 4 Obat ini

Dokter spesialis Obstetri dan Ginekologi dari Siloam Hospitals Silampari, dr. Oktrivianus Sanjaya, Sp.OG., mengatakan bahwa penyebab struktural meliputi polip (PUA-P), adenomiosis (PUA-A), leiomyoma (PUA-L), malignancy and hyperplasia (PUA-M), jarang terjadi pada remaja.

Adapun penyebab non-struktural adalah penyebab paling umum PUA pada remaja, khususnya coagulopathy (PUAC), ovulatory dysfunction (PUA-O), endometrial disorders (PUA-E), iatrogenic (PUA-I), dan not otherwise classified (PUA-N).

"Gejala Klinis Sebanyak 75-80% remaja putri melaporkan mengalami menstruasi berat sebagai manifestasi klinis yang paling banyak. Perdarahan menstruasi berat ditandai dengan keluarnya darah >80 ml setiap siklus atau siklus berlangsung lebih dari 7 hari", ungkap Dokter Oktrivianus menerangkan.

BACA JUGA:Rutin Minum Teh Madu, Ini Manfaat untuk Tubuhmu

Sementara itu gejala yang berhubungan dengan perdarahan menstruasi berat meliputi kebutuhan mengganti pembalut setiap 1 atau 2 jam, penurunan kadar zat besi, keluarnya bekuan darah lebih dari seperempat diameter pembalut, dan harus mengganti pembalut saat malam hari.

Anemia berat pada remaja menunjukkan gejala kelelahan kronis dan nyeri kepala.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan penurunan tekanan darah ortostatik, takikardia, pucat, dan hipoperfusi perifer. Defisiensi zat besi pada remaja dengan perdarahan menstruasi berat, ditandai oleh penurunan kadar feritin.

"Dalam penanganan diperlukan diagnosis diferensial dan evaluasi PUA pada usia remaja yanh meliputi anamnesis menyeluruh, pemeriksaan fisik, dan tes laboratorium," jelasnya.

BACA JUGA:Simak, Manfaat Bawang Putih Ampuh Melawan 7 Penyakit Tubuh Ini

"Anamnesis menyeluruh bertujuan untuk mendapatkan penilaian mengenai onset menarche, panjang siklus, durasi periode, dan jumlah pembalut yang dibutuhkan untuk menggambarkan beratnya perdarahan", tutur Oktrivianus dalam edukasinya.

Ditambahkannya, faktor risiko meliputi riwayat seksual lengkap dan riwayat medis umum sangat membantu dalam penegakkan diagnosis dan tatalaksana.

Tatalaksana PUA pada Remaja

Penatalaksanaan PUA terbagi dalam kondisi akut atau kronik. Pada PUA akut, pasien mengalami kondisi klinis yang tidak stabil, anemia, dan perdarahan yang aktif, harus mendapatkan perawatan di rumah sakit.

BACA JUGA:Ini 7 Manfaat Jus Mangga untuk Kesehatan Tubuh, Nomor 2 Bikin Kaget

Dilakukan resusitasi dengan cairan kristaloid intravena ataupun transfusi komponen darah jika kadar hemoglobin <7 g/dL.

Terapi lini pertama pada PUA akut pada remaja adalah terapi medis untuk mempertahankan fertilitas. Terapi pembedahan dapat dilakukan pada pasien yang tidak respon dengan terapi medis. Terapi medis dapat berupa terapi hormonal dan terapi non hormonal.

"Akan tindakam terapi non hormonal pada PUA akut, menggunakan antifibrinolisis seperti asam tranexamat baik oral ataupun intravena," tambahnya.

"Beberapa penelitian menyebutkan bahwa penggunaan asam tranexamat bersamaan dengan pil kombinasi merupakan kontraindikasi dikarenakan menyebabkan terjadinya thromboemboli," jelasnya.



"Estrogen mempengaruhi hemostasis dengan meningkatkan faktor pembekuan", ungkap Dokter spesialis Obstetri dan Ginekologi dari Siloam Hospitals Silampari, dr. Oktrivianus Sanjaya, Sp.OG., yang berpraktek tetap di Rumah Sakit Siloam Silampari ini menjelaskan. 

Setelah dilakukan koreksi pada PUA akut, maka dapat dilakukan tatalaksana jangka panjang pada PUA. Tatalaksana berupa terapi hormonal dan non hormonal dengan suplementasi zat besi ataupun optimalisasi diet.

Terapi invasive atau pembedahan merupakan pilihan akhir dengan pertimbangan fertilitas.

Terapi invasive berupa suction curettage, endometrial ablation, uterine artery embolization, intrauterine balloon tamponade, dan histerektomi.

BACA JUGA:Wajib Tahu, Konsumsi 3 Herbal Ini untuk Menjaga Kesehatan Jantung Anda

Terapi ini dapat dipertimbangkan apabila terjadi perdarahan massif yang tidak merespon terapi medis dan kondisi mengancam jiwa.

Ringkasan

PUA pada remaja berdampak signifikan pada kualitas hidup, terkait kesehatan, serta beban ekonomi bagi masyarakat dan membutuhkan sistem perawatan kesehatan yang berkelanjutan.

"Penegakkan diagnosis yang akurat sangat penting agar mempermudah dalam mengambil tindakan untuk tatalaksana PUA secara tepat dan cepat", pungkas dr. Oktrivianus Sanjaya, Sp.OG. (*)

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: