Setiap tahun, orang-orang Baduy akan melaksanakan tradisi penyucian diri kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang dikenal dengan Kawalu dan menjadi bagian dari kepercayaan Sunda Wiwitan.
Tradisi warga Baduy ini tidak dipunyai oleh suku lainnya dan berlangsung tiga bulan.
Selama kegiatan itu diadakan, khusus masyarakat Baduy Dalam akan menutup kawasan kampungnya dari kunjungan orang-orang luar, termasuk wisatawan domestik dan mancanegara.
Kawasan asri di Desa Kanekes, baik Baduy Dalam dan Badui Luar, merupakan objek wisata andalan Banten untuk para wisatawan dengan minat khusus yang tertarik pada budaya dan lingkungan hidup.
Tertutupnya kawasan perkampungan di Baduy Dalam tentu bukan tanpa sebab.
Urang Kanekes, begitu mereka dikenal, menginginkan ketenangan dalam menjalankan Kawalu dan itu hanya bisa didapat jika dilakukan saat situasi tenang dan damai.
Dikutip dari laman Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Kawalu berasal dari kata walu yang bermakna balik atau pulang.
Upacara ini juga dikenal sebagai ngukus atau membakar dupa untuk mengiringi sesajen pemujaan kepada para leluhur.
Kawalu adalah salah satu rangkaian perayaan kepercayaan di Baduy Dalam dan tahapannya adalah upacara Ngalanjakan, Kawalu, Ngalaksa, dan Seba.
Tahun ini, Kawalu dilaksanakan sejak 24 Januari 2023 sampai 24 April 2023.
Penetapan itu dilakukan berdasarkan kesepakatan pemimpin adat (tangtu tilu) yaitu Tangtu Tilu Jaro Tujuh Lembaga Adat Desa Kanekes serta tokoh-tokoh masyarakat Baduy Dalam.
Keputusan mengenai waktu pelaksanaan akan dihasilkan setelah para pemimpin adat itu menyelesaikan puasa hari ke-18 dan melaksanakan upacara ngeriung, atau selamatan.
Menurut Kepala Desa Kanekes sekaligus pemimpin adat Baduy, Jaro Saija ritual Kawalu merupakan ungkapan rasa syukur masyarakat Baduy kepada Sang Hyang Karesa atas berkah hasil alam yang diberikan.