Cek Fakta, Sebut Food Estate Proyek Gagal dan Rusak Lingkungan, Mahfud MD: Yang Benar Aja, Rugi Dong!

Cek Fakta, Sebut Food Estate Proyek Gagal dan Rusak Lingkungan, Mahfud MD: Yang Benar Aja, Rugi Dong!

Mahfud MD Calon Wakil Presiden (Cawapres) nomor urut 3 menyebut proyek Food Estate di Indonesia gagal dan rusak lingkungan. --Instagram @mohmahfudmd

LINGGAUPOS.CO.ID – Mahfud MD Calon Wakil Presiden (Cawapres) nomor urut 3 menyebut proyek Food Estate di Indonesia gagal dan rusak lingkungan. 

Ia menyampaikan dalam debat keempat Pilpres 2024 di JCC, Senayan, Jakarta, pada Minggu 21 Januari 2024.

Diambil dari berbagai sumber yang dikutip pada Senin, 22 Januari 2024.

"Jangan misalnya seperti food estate yang gagal dan merusak lingkungan. Yang benar saja? Rugi dong kita," ucap Mahfud.

BACA JUGA:Perawat di Musi Rawas Ditangkap Sedang Pesta Sabu di Bedeng Tanah Periuk, Begini Kronologisnya

Lalu bagaimana fakta yang sebenarnya?

Dikutip dari laporan Greenpeace dengan judul Food Estate: Menanam Kehancuran Menuai Krisis Iklim, lumbung pangan ini direncanakan untuk food estate dengan mencakup lahan 2,3 juta hektar secara nasional.

Luas wilayah ini dikatakan kemungkinan lebih besar, sebagaimana disampaikan oleh Area of Interest yang totalnya hingga 3,2 juta hektar yang tersebar di tiga kabupaten Papua bagian selatan.

Diketahui, Greenpeace Indonesia ini tercatat diperkirakan sekitar 3 juta hutan berpotensi hilang bila proyek food estate terus dilanjutkan.

BACA JUGA:Perpatri Nusantara Jaya Latihan Bersama di Pondok Pesantren Al Madani Lubuk Linggau

Yang menjadi sorotan Greenpeace yaitu proyek food estate garapan Kementerian Pertahanan di Gunung Mas, Kalimantan Tengah.

Diketahui, perkebunan singkong di Gunug Mas ini dikonversi menjadi area pertanian skala besar oleh pemerintah melalui program food estate.

"Sistem monokultur ini tak hanya gagal menghasilkan singkong yang dijanjikan, tetapi juga meminggirkan kearifan dan pengetahuan masyarakat lokal. 

Ada cara yang lebih baik dengan pertanian ekologis dan agroforestri tradisional, sehingga kita mempunyai solusi untuk krisis pangan sekaligus krisis iklim,” ucap Juru Kampanye Hutan Senior Greenpeace Indonesia, Syahrul Fitra.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: