Temuan CIDSI: Siswa SMP-SMA Indonesia Habiskan Rp200 Ribu per Minggu untuk Beli Rokok
Ilustrasi rokok.--Freepik
BACA JUGA:8 Laptop Gaming AMD, dari Harga Rp5 Jutaan Hingga Rp67 Jutaan, Pilih Mana
Remaja ini dengan mudahnya mendapatkan rokok batangan sebab tidak adanya aturan pelarangan penjualan secara eceran dan lemahnya kepatuhan serta penegakan hukum mengenai pelarangan penjualan kepada anak di bawah umur 18 tahun.
Dan juga sebagian besar kios di Indonesia yang menjual rokok ini tidak melakukan pengecekan identitas pembeli rokok.
Hal itu tergambar dari pengakuan remaja yang jarang diminta menunjukkan kartu tanda pengenal atau identitas saat membeli rokok di warung, kios, toserba hingga minimarket.
Akibatnya anak dibawah umur ini tentu bisa dengan bebasnya membeli dan mengkonsumsi rokok.
BACA JUGA:Daftar 19 Peserta X Factor Indonesia 2023 yang Lolos Audisi 1 dan 2, Siapakah Jagoanmu?
Kenaikan harga jual rokok kemungkinan bisa mempercepat seseorang untuk berhenti merokok. Sebab terdapat hubungan sangat kuat antara harga jual rokok dengan keputusan perokok untuk berhenti.
Peningkatan dari harga rokok yang signifikan ini dapat menekan prevalensi merokok di Indonesia.
Berikut beberapa catatan dari CISDI berdasarkan hasil risetnya:
1. Tingkatkan kenaikan cukai rokok dengan signifikan.
BACA JUGA:Sederet Fakta Guru SD Sekeluarga Bunuh Diri, dari Misteri HP Korban Hingga Dugaan Hutang Pinjol
2. Sederhanakan struktur tariff cukai. Penyederhanaan akan mencegah perokok beralih ke rokok lebih murah dalam struktur tariff yang berbeda.
3. Larang penjual rokok batangan.
4. Tegakkan dan berikan sanksi atas pelanggaran penjualan produk tembakau pada remaja di bawah umur 18 tahun.
5. Wajibkan penjual memiliki lisensi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: