Cerita Rakyat Musi Rawas, Bujang Bekorong jadi Raja, Dihianati Enam Dehe, Begini Jadinya

Cerita Rakyat Musi Rawas, Bujang Bekorong jadi Raja, Dihianati Enam Dehe, Begini Jadinya

Bujang Bekorong sebuah cerita rakyat dari Desa Muara Kati Kecamatan TPK Kabupaten Musi Rawas-Dokumen-LINGGAUPOS.CO.ID

BACA JUGA:Sejarah Lakitan Musi Rawas, Dulunya Dusun Lembak Lapan, Pecah Perang Berebut Wilayah, Begini Jadinya

Sementara putranya dirawat oleh pembantu tua yang bekerja di bagian dapur. Untuk menghilangkan kecurigaan Sang Raja nantinya, Dehe Enam menanam jasad Dewi Bungsu dan jasad seekor anjing yang menyatakan kuburan putranya. 

Namun Dewi Bungsu yang merupakan keturunan khayangan jasadnya kembali ke khayangan dengan selamat. Sepeninggal Dewi Bungsu, kerajaan dikuasai Dehe Enam dan kaki tangannya. Sementara putra Dewi Bungsu mulai besar dan diberi nama Budak Bosok. 

Setiap malam Jum'at dikisahkan Dewi Bungsu turun dari khayangan menemui putranya Budak Bosok. Pertemuan mereka tidak ada yang mengetahuinya, saat bertemu inilah Dewi Bungsu dapat melepaskan kerinduannya dengan putra yang dikasihinya. 

Dewi Bungsu sangat menyesali kepergian Suaminya yang mengembara terlalu lama. Sehingga tidak mengetahui lagi keadaan kerajaannya. Ia selalu berdo'a agar suaminya Bujang Bekorong segera kembali.

BACA JUGA:Cerita Rakyat Musi Rawas, Kisah Penerus Kerajaan Lubuk Penjage, Dipandang Sebelah Mata, Bukan Orang Biasa

Usai melepas rasa kerinduan Dewi Bungsu dan putranya pun berpisah, dan akan bertemu lagi pada malam Jum'at yang akan datang. Dewi Bungsu pun berpesan kepada Putranya bahwa la masih bisa kembali ke bumi dan tinggal bersama, namun ada syaratnya. Syarat itu akan Dewi Bungsu sampaikan pada Jum'at malam yang akan datang. 

Dengan memeluk erat putranya Dewi Bungsu melepaskan pelukannya dan perlahan terbang ke langit khayangan. Budak Bosok hanya bisa menyapu air matanya yang menetes dengan sendirinya. Sambil melambaikan tangan dan tatapan matayang lama-kelamaan hanya melihat bayangan hitam yang menghilang ditelan awan. 

Budak Bosok kembali keperaduannya di ruang dapur. Waktu yang dirindukan pun tiba, Bujang Bekorong yang membawa setumpuk rasa sayang dan cinta dengan tergesa-gesah berjalan untuk segera sampai ke istananya. 

Dalam setiap langkah la membayangkan wajah anaknya yang mungkin sudah besar. Tentu juga wajah permaisurinya Dewi Bungsu yang pasti masih setia dan merindukan dirinya. Ternyata para hulubalang telah sigap menyambut kedatangan Sang Raja Bujang Bekorong. Dengan berjalan gagah Bujang menapaki setiap anak tanggah Untuk segera bertemu dengan putra dan permaisurinya. 

BACA JUGA:Cerita Rakyat Musi Rawas, Sejarah Kerajaan Lubuk Penjage Muara Kelingi, Sekarang Bernama Desa Lubuk Tua

Pada gerbang pintu pertama, Bujang Bekorong disambut Dehe Enam yang menampakan wajah kesedihan, dan menampakan sikap yang tidak mencurigakan. Melihat Dehe Enam, Bujang Bekorong sedikit mengendurkan seyumannya dan berganti ekspresi wajah yang tanda tanya. 

la pun bertanya kepada Tetua Dehe Enam. Bujang Berkorong berusaha mengumpulkan rasa sedih dan emosinya. Karena Ia tahu pasti ada berita yang tidak mengenakkan.

Dengan segenap keberanian yang terpaksa, Tetua Dehe Enam mengatakan yang sebenarnya, kalau Dewi Bungsu dan anaknnya telah meninggal dunia. Seperti disambar petir Bujang Bekorong berdiri lunglai menerima kenyataan pahit hidupnya, ingin rasanya Ia berteriak sekeras-kerasnya.

Namun ke Enam Dehe dengan sigap menguasai perasaan Rajanya yang sangat merindu. Belaian-belaian tangan Dehe Enam yang lemah lembut telah meluluhkan rasa kesedihan Sang Raja.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: