Harun: Pertama Kali Berobat, Ternyata Prosedurnya Tidak Seribet Bayangan
--
LUBUKLINGGAU, LINGGAUPOS.CO.ID - Harun Roni (45) seorang Aparatur Sipil Negara (ASN) Kota Lubuklinggau terlihat sedang duduk di sofa menemani anak semata wayangnya yang sedang terpasang infus di tangannya.
Alika Naila Sakhi, si kecil yang berumur tujuh tahun ini telah memasuki hari kedua menjalani perawatan di rumah sakit akibat penyakit tipes yang dialaminya.
Tipes merupakan salah satu penyakit musiman yang bisa menyerang anak-anak maupun orang dewasa. Terlihat seperti penyakit yang sepele, namun penyakit ini jika dibiarkan bisa berpotensi alami komplikasi dan sederet gangguan kesehatan lainnya.
“Anak saya ini termasuk jarang sekali sakit, sekalipun sakit biasanya hanya sakit flu dan batuk biasa. Ini merupakan kali pertama Alika masuk rumah sakit sekaligus kali pertama juga memanfaatkan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN),” terang Harun.
BACA JUGA:BPJS Kesehatan Lubuklinggau Sosialisasikan e-Dabu Versi Terbaru
BACA JUGA:BPJS Kesehatan Apresiasi Lubuklinggau, Muratara dan Lahat Atas Capaian UHC
Tidak seperti anak lainnya yang lebih suka berbaring di tempat tidur ketika menderita sakit, Alika justru memilih untuk tetap bergerak aktif bermain gawainya dan berpindah-pindah dari tempat tidur ke sofa tunggu rumah sakit. Alika bahkan bisa tersenyum dan bergerak mengiringi ke mana bapaknya pergi. Istrinya yang merupakan seorang ibu rumah tangga bergantian menjaga rumah dengan suaminya.
“Alika sudah sekitar tujuh hari ini mengalami demam tinggi sebelum akhirnya saya bawa ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Siti Aisyah. Demamnya turun naik, saya bawa ke dokter di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP), namun dokter menganjurkan untuk dirujuk ke rumah sakit untuk menjalani cek darah. Setelah hasil cek darah keluar dan ternyata Alika didiagnosa mengalami tipes, dokter menyarankan agar Alika menjalani rawat inap,” ucap Harun.
Harun menuturkan bahwa sebelum akhirnya dibawa ke rumah sakit, Alika tetap riang bermain bersama teman-temannya walaupun dalam kondisi sakit. Hanya saja suhu tubuhnya yang tinggi membuat Harun semakin khawatir jika tidak mendapat penanganan medis.
“Selama 16 tahun bekerja, saya belum pernah satu kalipun berobat. Ini merupakan kali pertama saya membawa anggota keluarga saya berobat. Saya bahkan baru tahu wajah dokter FKTP saya seperti apa. Iuran JKN yang setiap bulan dipotong dari gaji memang saya niatkan untuk membantu saudara-saudara lain yang sedang sakit. Namun, kali ini demi kesembuhan putri saya terpaksa harus memanfaatkan Program JKN ini,” tutur Harun.
BACA JUGA:BPJS Kesehatan Lubuklinggau Ajak Polres Pagar Alam Deteksi Penyakit Kronis
BACA JUGA:Ini Tanggapan BPJS Kesehatan Lubuklinggau Terkait Keluhan Warga Kota Lahat Soal Pelayanan
Pria yang berkantor di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Disdukcapil) Lubuklinggau ini awalnya mengaku canggung untuk berobat. Ia mengira prosedur berobat sebagai peserta JKN ribet untuk pengurusan administrasinya.
“Ternyata tidak seperti yang saya bayangkan, tidak ada fotokopi berkas kartu keluarga maupun akte kelahiran. Cukup menunjukkan Kartu Identitas Anak (KIA) atau kartu digital JKN saja kata petugas adminisrasi di depan. Kebetulan juga RSUD Siti Aisyah ini cukup dekat dengan rumah saya yang berada di Kelurahan Taba Jemekeh, jadi saya tidak terlalu repot jika harus bolak-balik ke rumah dan rumah sakit.” ujar Harun.
Harun juga menceritakan bahwa dirinya baru saja mengurus perubahan data dari golongan dua menjadi golongan tiga, sehingga hak perawatannya berubah dari kelas 2 menjadi kelas 1.
“Sebenarnya saya sudah lama naik golongan, namun saya tidak sempat mengurus perubahan data. Untungnya ada Mobile Customer Service (MCS) minggu kemarin yang datang ke kantor. Alhasil saya tidak perlu jauh-jauh datang ke kantor BPJS Kesehatan yang jaraknya 17 kilometer lebih untuk mengurus perubahan data ini,” tutur Harun mengakhiri perbincangan.(*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: