Menyimak Tradisi Gagar Mayang yang Iringi Pemakaman Pelajar Korban Perampokan di Musi Rawas

Menyimak Tradisi Gagar Mayang yang Iringi Pemakaman Pelajar Korban Perampokan di Musi Rawas

Gagar Mayang (tanda panah) menjadi tradisi masyarakat jawa saat pemakaman laki-laki atau perempuan yang meninggal belum menikah-Budi Black-LINGGAUPOS.CO.ID

MUSI RAWAS, LINGGAUPOS.CO.ID -  Seorang pelajar SMP di Kabupaten Musi Rawas Propinsi Sumatera Selatan Febri Diyanto (14) siswa SMP diduga menjadi korban perampokan. 

Jasad korban ditemukan Rabu, 16 November 2022 di saluran irigasi Desa Y Ngadirejo Kecamatan Tugumulyo Kabupaten Musi Rawas. 

Korban sebelumnya sempat dilaporkan hilang sejak Senin, 14 November 2022 sekira pukul 13.30 WIB.

Usai ditemukan, jasad korban Febri Diyanto langsung dimakamkan pihak keluarga dengan diiringi tradisi Gagar Mayang. Apa itu Gagar Mayang?

BACA JUGA:Pelajar Korban Perampokan di Musi Rawas Dimakamkan dengan Gagar Mayang

Kata Gagar dapat dipahami sebagai makna gagal. Mayang, merupakan istilah lain dari penyebutan tandan bunga jenis palma, yang belum mekar (masih dalam seludangnya).

Gagar mayang menjadi simbol gagal mencapai fase pernikahan, karena lebih dulu dipanggil menghadap Sang Pencipta.

Juga menandakan akhir perjalanan hidup seseorang, sebelum menggapai cita dan mencatatkan namanya di jenjang kehidupan berumahtangga.

Dikutif dari laman mengenalbudayajawa.blogspot.com,  di lingkungan masyarakat Jawa, apabila ada seorang laki-laki atau perempuan yang meninggal belum menikah, pemakamannya diiringi dengan tradisi Gagar Mayang.

BACA JUGA:Pelajar Musi Rawas yang Ditemukan Tewas Diduga Korban Perampokan  

Gagar mayang, hadir sebagai simbol yang menggambarkan kesedihan, atau sebagai manifestasi dari rasa duka cita, atas meninggalnya anggota keluarga yang masih berstatus bujang atau gadis.

Gagar Mayang, dibuat menggunakan bahan baku dari gedebog pisang atau biasa disebut batang pisang. Bahan ini berfungsi sebagai media menancapkan hiasan janur kuning dalam format melingkar pada bagian pangkal.

Sepintas mirip pada pembuatan Kembar Mayang dalam sesaji upacara pengantin. Juga disertakan daun Beringin dan daun Andong.

Pada bagian atasnya ditancapkan hiasan keris-kerisan yang terbuat dari janur. Juga janur yang diukir sedemikian rupa, dan untuk tambahan hiasannya yang berjurai-jurai.

BACA JUGA:Ada Luka di Leher Siswa SMP asal Tugumulyo Musi Rawas yang Ditemukan Tewas

Gagar mayang sangat berbeda dengan Kembar Mayang. Biasanya kembar mayang dibuat sepasang dan menjadi simbol yang mencerminkan suka cita kebahagiaan, pada pelaksanaan pesta pernikahan pengantin jawa.

Konon, menurut sejarahnya, Gagar Mayang dibuat cukup satu, bukan sepasang sebagaimana pada Kembar Mayang.

Tradisi pembuatan sesaji Gagar Mayang ini, sebagai simbol adanya bujang atau gadis yang meninggal selagi belum pernah menikah.

Sampai saat ini, masyarakat Jawa terutama yang paham tradisi Kejawen, masih menyertakan sesaji Gagar Mayang pada prosesi upacara pemakaman anggota keluarganya, yang keburu meninggal selagi belum berumah tangga.

BACA JUGA:Berikut 7 SPBU di Wilayah Lubuklinggau Sesuai Jalur Lintas yang Dilalui

Prosesi upacara pemakaman dengan menyertakan kelengkapan sesaji Gagar Mayang. Semula, Gagar Mayang itu ditancapkan pada lubang bokor, dipajang dekat peti jenazah di rumah duka.

Ketika jenazah dikubur, sesaji Gagar Mayang dicopot dari lubang bokor, untuk ganti ditancapkan di atas pusara kuburnya. Penancapan Gagar Mayang, dilakukan bersama dengan penancapan tanda sepasang patok kayu atau maejan dan payung kertas hias.

Diketahui sebelumnya Febri Diyanto (14) siswa SMP di Tugumulyo tewas dengan sejumlah luka. Berdasarkan video pendek yang beredar di media sosial, warga melihat adanya luka di leher korban.

Pelajar ini diduga kuat menjadi korban perampokan sebelum jasadnya ditemukan. Menurut  informasi, sebelum dinyatakan hilang, korban pergi menggunakan sepeda  motor.

BACA JUGA:Bansos PKH 2022 Cair Rp 750 Ribu Hari Ini, Cek Link Kemensos dan Login di Sini

Namun di Tempat Kejadian Perkara (TKP) penemuan mayat, tidak ditemukan motor korban. Febri Diyanto ditemukan tak bernyawa, Rabu, 16 November 2022 pagi. Sebelumnya diinformasikan Febri Diyanto, yang merupakan pelajar SMP, pergi Senin 14 November 2022 sekitar pukul 13.30 WIB.

Sekitar pukul 08.30 WIB, Rabu, 16 November 2022 warga Desa G2 Dwijaya Kecamatan Tugumulyo menemukan sesosok mayat di persawahan. Korban pergi mengendarai sepeda motor Honda Beat B 4228 BIK sejak Senin, 14 November 2022.

Sementara itu informasi diterima, korban awalnya pulang sekolah. Usai makan siang, sekitar pukul 13.30 WIB dihubungi temannya diajak main.

Kemudian Febri bersama adiknya bernama Fedri Afian mengendarai sepeda motor honda Beat warna hitam lis kuning, pergi keluar dari rumah. Saat itu, korban mengenakan baju batik warna coklat. Mereka kumpul di jalan setepak Desa N Ngadirejo Kecamatan Tugumulyo.

BACA JUGA:Berikut 7 SPBU di Wilayah Lubuklinggau Sesuai Jalur Lintas yang Dilalui

Ketika mereka sedang kumpul, datang seseorang yang meminta air minum. Namun mereka tidak ada air minum. Akhirnya korban Febri diminta mengantarkan orang itu membeli minuman di Desa G2 Dwijaya. Namun sejak itu korban tak pulang.

Bahkan Fedri tidak bercerita kepada orang tuanya. Barulah pukul 15.30 WIB, teman korban Febri menceritakan apa yang terjadi.

Sejak itu, pihak keluarga langsung melakukan pencarian namun tidak ketemu. Barulah pagi ini korban ditemukan dengan kondisi sudah tidak bernyawa.

Kapolres Musi Rawas AKBP Ahchmad Gustu Hartono melalui Kapolsek Tugumulyo Iptu Kosim saat dikonfirmasi membenarkan penemuan mayat korban Febri Diyanto.

BACA JUGA:Begini Tampang Raja Curanmor Beraksi di 80 Parkir Minimarket, Hasilnya Dijual ke Luar Palembang

“Ya ada penemuan mayat, yang diduga korban yang kemarin tidak pulang ke rumahnya. Kami saat ini masih di TKP bersama Kasat Reskrim dan anggota,” jelas Kapolsek. (*)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: