Dosen UNPARI Sosialisasikan Pembuatan Biodiesel dari Jelantah
Dosen Prodi Pendidikan Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi UNPARI yakni Endang Lovisia, Ovilia Putri Utami Gumay, dan Ahmad Amin foto bersama usai melaksanakan Pengabdian kepada masyarakat di Desa Marga Tani, Kecamatan Jayaloka, Kabupaten Musi Rawas.--
MUSI RAWAS, LINGGAUPOS.CO.ID - Dosen Program Studi (Prodi) Pendidikan Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas PGRI Silampari (UNPARI) yakni Endang Lovisia, Ovilia Putri Utami Gumay, dan Ahmad Amin melaksanakan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) di Desa Marga Tani, Kecamatan Jayaloka, Kabupaten Musi Rawas (Mura).
Dalam PKM itu, kepada warga Desa Marga Tani mereka mensosialisasikan dan pelatihan pembuatan biodiesel dari minyak jelantah.
Mungkin pembaca masih bertanya-tanya, apa itu PKM?
Endang Lovisia menjelaskan, PKM adalah kegiatan untuk membantu masyarakat dalam beberapa aktivitas tanpa mengharapkan imbalan dalam bentuk apapun. Secara umum program ini dilaksanakan berbagai universitas atau institut yang ada di Indonesia untuk memberikan kontribusi nyata bagi bangsa Indonesia.
BACA JUGA:Juara POMNAS Sumatera Selatan, Tim Voli Putri UNPARI Wakil Sumsel di Padang
Khususnya dalam mengembangkan kesejahteraan dan kemajuan bangsa Indonesia. PKM menjadi salah satu bagian dari Tri Dharma Perguruan Tinggi.
"Oleh karena itu, kami dosen Prodi Fisika terdiri dari saya sendiri (Endang Lovisia,red) Ibu Ovilia Putri Utami Gumay dan Bapak Ahmad Amin beserta mahasiswa semester 6 dan semester 8. PKM mereka adakan pekan ke tiga dan keempat Agustus 2022," jelasnya.
Menurut Endang Lovisia, saat ini harga BBM terus merangkak naik, dan BBM yang kita pakai saat ini sumbernya dari fosil, yaitu energi tak terbarukan. Maka solusi yang ditawarkan adalah energi alternatif yang berasal dari bahan alami yaitu biodiesel yang mana bahan dasarnya berasal dari minyak jelantah. Minyak jelantah ini berasal dari minyak kelapa sawit.
"Kegiatan PKM ini mengajarkan cara mengolah minyak jelantah menjadi biodiesel, yang dimulai dari tahap sosialisasi, kemudian dilanjutkan dengan pelatihan pembuatan biodiesel. Untuk mendapatkan bahan dan alat untuk membuat biodiesel ini, relatif mudah dan murah. Seperti minyak jelantah, CH3OH, NaOH, thermometer, kompor, panci dan beberapa botol plastik serta botol kaca lainnya," jelasnya.
BACA JUGA:Puluhan Mahasiswa UNPARI Lolos Seleksi PMM Angkatan II
Prosedur kerja yang digunakan tim adalah menggunakan minyak jelantah sebanyak 5000 mili liter. Pertamma yang dilakukan, timbanglah NaOH sebagai katalis, adapun perbandingan antara NaOH dengan minyak jelantah adalah 5:1, selanjutnya NaOH dimasukkan ke dalam botol dan kita tutup karena bisa menyerap air dari udara, lalu ukurlah CH3OH sebanyak 500 ml dan masukkan ke dalam botol yang berisi NaOH. Setelah tercampur rata kita kocok botolnya supaya larutan homogen, setelah itu ukurlah 5000 mL minyak jelantah kemudian saring menggunakan kertas saring dan masukkan kedalam panci, panaskan pada suhu 50o-60oC, jangan lupa ukur suhu menggunakan termometer.
Sembari memanaskan minyak jelantah, kita masukkan campuran NaOH dan CH3OH kedalam botol reaktor, lalu minyak jelantah yang sudah dipanaskan tadi dimasukkan kedalam botol metanoksida (CH3OH+ NaOH). Setelah tercampur dan masih hangat kita tutup dan diamkan selama 1 hari. Biodiesel akan berada diatas, dan yang endapan bagian bawah mengandung gliserin.
"Selanjutnya kita pisahkan antara biodiesel dan gliserin dengan cara membuat lubang pada tutup botol, dan dialirkan dengan selang. Biodiesel yang telah kita peroleh kita masukkan kedalam botol separator lainnya dan lakukan proses pencucian dengan cara memberikan air hangat, lakukan sampai beberapa kali pengulangan, sehingga kita mendapatkan biodiesel murni yang bisa kita gunakan sebagai salah satu bahan bakar lampu teplok dan bahan bakar mesin diesel lainnya seperti bahan bakar mesin rumput," ungkap Endang.
Program ini, mereka sosialisasikan karena masyarakat di sana sangat bergantung pada jenis BBM padahal harga BBM saat ini terus naik,sedangkan energi alternatif BBM yang berasal dari bahan alam belum mereka ketahui.
BACA JUGA:Mahasiswi UNPARI Lolos Seleksi Program Kemendikbudristek
"Saat kami observasi mayoritas warga di sana memiliki mata pencarian sebagai petani, bertumpu pada sektor perkebunan dan pertanian. Di sana kami melihat bahwa banyak tanaman sawit, yang mana bila mereka oleh sendiri bisa menghasilkan hasil yang maksimal. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pengolahan minyak jelantah menjadi biodiesel maka akan sedikit mengatasi permasalahan warga tentang mahalnya harga BBM saat ini. Potensi pembuatan biodiesel juga bisa menjadi usaha rumahan warga. Karena selain untuk kebutuhan sendiri bisa juga dipasarkan," tuturnya.(rls)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: