Putus Kontak, Ternyata Liput Presiden Zelensky Bertemu Presiden Emmanuel Macron
LINGGAUPOS.CO.ID - Bud Wichers tidak bisa dihubungi, Kamis, 16 Juni 2022. Komunikasi terakhir melalui WhatsApp, terjadi pukul 07.54, waktu Ukraina.
Di Surabaya, matahari sudah tinggi karena 4 jam lebih awal. Kami sempat khawatir. Nyaris 10 jam, tak ada kabar darinya.
Bangun bangun lebih pagi dari biasanya. Ia harus ke toilet untuk buang air kecil. “Pee pees, like that say in Indonesia (Pipis, seperti kata orang Indonesia, Red),” guraunya.
BACA JUGA: Melihat Secara Eksklusif Markas Pilot Drone Ukraina
Hari itu konvoi yang ia ikuti bakal kembali ke Kiev. Akhirnya misi berbahaya di perbatasan timur Ukraina tuntas.
Budi bisa ke tempat yang lebih aman di barat. Namun, sebelum kembali ia bakal mengunjungi kota terakhir di wilayah tenggara.
Sebelum kembali, ia mendapat kabar mengejutkan, Kharkiv yang dilewati saat perjalanan ke timur, dibombardir. Prajurit Rusia mendekat ke wilayah itu. Ia dan rombongan harus cari jalan lain menuju ke barat.
BACA JUGA: Liputan Perang di Ukraina, Sembunyi Jika Ada Helikopter atau Pesawat
“Rusia semakin menekan wilayah timur. Tempat yang kami lewati beberapa hari lalu sudah mereka kuasai,” katanya.
Rombongan konvoi yang berisi prajurit, polisi, tenaga medis, dan jurnalis itu melintas tepat waktu. Kalau saja Rusia maju di hari mereka melintas, rombongan bisa jadi sasaran tembak.
Mobil yang mereka tumpangi sudah diberi tanda palang merah dan pers. Namun, tak ada jaminan mereka bisa selamat. Banyak jurnalis terbunuh di Ukraina.
BACA JUGA: Mayat Berserakan di Hutan Ukraina, Evakuasi Terhalang Ranjau
Untuk kembali, mereka tidak bisa melintasi wilayah utara. Rombongan harus mencari jalan lain di selatan untuk menghindari militer Rusia. Setiap hari ada 200 prajurit Ukraina yang gugur di perbatasan timur.
Militer Ukraina tak mampu lagi membendung dominasi Rusia yang memiliki kekuatan militer terbesar di dunia setelah Amerika Serikat. Pencaplokan wilayah semakin meluas.
“Sulit dipercaya, Rusia begitu cepat menguasai berbagai wilayah di timur,” ujar anggota Mijn Roots, sebuah yayasan yang bergerak pada pencarian orang tua kandung anak-anak Indonesia yang diadopsi warga Belanda, tersebut.
Rombongan konvoi di jalan utama Ukraina. Terdapat logo palang merah yang menandakan bahwa mobil diisi tenaga medis.-Bud Wichers/Harian Disway-
Wilayah Kharkiv yang sempat ia datangi dihujani peluru meriam. Artinya, Rusia makin dekat ke pusat kota. Budi mendapat informasi bahwa Odessa bakal jadi titik serangan berikutnya.
Konvoi harus pergi secepatnya ke barat. Helikopter dan pesawat Rusia bisa mengancam mereka jika terlalu lama di perbatasan timur.
Kebetulan, hari itu ada agenda penting di Ukraina. Presiden Ukraina Vladimir Zelensky bakal bertemu Presiden Prancis Emmanuel Macron. Beritanya sudah tersebar ke penjuru Ukraina.
Presiden Zelensky (kiri) ditemani Presiden Prancis Emmanuel Macron dengan pengawalan ketat militer Ukraina, Kamis, 16 Juni 2022.-Bud Wichers/Harian Disway-
Namun, Budi pesimistis bisa sampai di Ukraina tepat waktu. Kalau mau meliput agenda penting itu, mobil konvoi harus melaju dalam kecepatan 160 kilometer per jam tanpa berhenti. ”I am not sure if I see them. But, I believe anything could happen (Aku tidak yakin bisa bertemu mereka. Namun, aku percaya apa pun bisa terjadi, Red),” katanya lalu mengirimkan tautan berita dari Bloomberg.
Tertulis bahwa Presiden Prancis Emmanuel Macron bakal datang bersama Kanselir Jerman Olaf Scholz, dan Perdana Menteri Italia Mario Draghi ke Kiev untuk bertemu Zelensky.
Saat itulah kami kehilangan kontak dengan Budi. WhatsApp yang kami kirim cuma centang satu. Sinyal di Ukraina memang tidak stabil. Namun Budi tidak pernah offline begitu lama: nyaris 10 jam.
Jam di Surabaya sudah menunjukkan pukul 21.30. Masih centang satu. 15 menit kemudian Budi akhirnya membalas mengirim pesan. “Soooooooo great. I was with Zelensky. They don’t allow me to use my phone (Senang sekali. Aku baru saja bertemu Zelensky. Mereka tidak memperbolehkanku membawa telepon ,Red),” katanya begitu gembira.
Macron, Scholz dan Draghi tiba di Ukraina dengan kereta api. Sebelum ke pusat kota Kiev, mereka mengunjungi Kota Irpin. Terjadi pembantaian brutal yang membuat kota itu hancur lebur di awal invasi.
Mereka kemudian bergabung di Kyiv untuk bertemu Zelensky serta Presiden Rumania Klaus Iohannis yang sudah lebih dulu datang. Mereka membicarakan bantuan senjata yang lebih banyak serta masa depan Eropa.
“Kami berempat mendukung status kandidat (Ukraina) untuk masuk Uni Eropa,” kata Macron pada konferensi pers bersama dengan rekan-rekan Uni Eropa-nya.
Draghi setuju: “Pesan terpenting dari kunjungan kami adalah bahwa Italia menginginkan Ukraina di Uni Eropa,”
Sementara Scholz mengatakan Ukraina adalah keluarga Eropa dan ia pun bersumpah bakal terus membantu Ukraina. “Kami mendukung Ukraina dengan pengiriman senjata. Kami akan terus melakukan itu selama diperlukan,” katanya.
Zelensky tersenyum melihat dukungan itu. Ia meminta dukungan agar Ukraina bisa segera menjadi anggota penuh Uni Eropa. Menurutnya Ukraina telah membuktikan diri mereka layak menyandang status kandidat.
Budi memotret Zelinsky ketika ia memeluk Macron. Terlihat dari matanya, Zelensky kurang tidur. Nyaris empat bulan negaranya diobok-obok Rusia. (Harian Disway)
Boleh Liputan Gara-Gara Foto Pemain Bola Evgeniy Levchenko, baca edisi Senin
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: harian disway