Melihat Secara Eksklusif Markas Pilot Drone Ukraina

Melihat Secara Eksklusif Markas Pilot Drone Ukraina

 

LINGGAUPOS.CO.ID - Budi belum pernah melihat pertempuran sebesar ini dalam 20 tahun liputannya di medan perang. Kecanggihan peralatan Rusia diadu dengan peralatan tempur kiriman Amerika dan Eropa untuk Ukraina.

 

Langit Ukraina penuh dengan pesawat tanpa awak yang membuat Rusia kalang kabut. Budi mendapatkan akses untuk melihat tempat drone pilots Ukraina itu. Eksklusif.

“IT’S very exclusive. Normally they don’t let people in (Ini sangat eksklusif. Biasanya mereka tidak membiarkan orang asing masuk),” kata Budi setelah mengirimkan beberapa foto markas pilot drone di Ukraina timur, Selasa, 15 Juni 2022.

BACA JUGA: Liputan Perang di Ukraina, Sembunyi Jika Ada Helikopter atau Pesawat

Mereka mengizinkan Budi meliput bagaimana para pilot mengendalikan pesawat nirawak yang sangat merepotkan Rusia.

Ribuan tank dan peralatan tempur darat Rusia tumbang karena Ukraina sangat kuat di udara.

Tentara Ukraina sangat percaya pada Budi, sehingga mereka mempersilakannya memotret aktifitas di dalam markas.

BACA JUGA: Mayat Berserakan di Hutan Ukraina, Evakuasi Terhalang Ranjau

Kepercayaan itu didapat setelah Budi memperlihatkan hasil liputannya pada Februari dan Maret lalu di Lviv dan Kiev.

Juga liputan dua pekan terakhir yang dimuat secara berseri di Harian Disway. Serta karyanya selama 20 tahun meliput medan perang.

“I think they see my other pictures and know that I am fair and not biased. I am not there to make some sensational story, but I am here because I care for the people that suffer and I am willing to put my life on the line, without earning one cent. (Menurutku, mereka telah melihat karya fotoku dan mengetahui bahwa karyaku tidak bias. Aku ke Ukraina bukan untuk membuat sensasi, tapi aku ke Ukraina karena aku peduli dengan orang-orang yang menderita. Aku mempertaruhkan nyawaku di garis depan, tanpa mendapat uang sepeser pun, Red),” tulis Budi panjang lebar di pesan WhastApp.


Remot pengendali drone yang digunakan pasukan Ukraina.-Bud Wichers/Harian Disway-

Budi berangkat dengan uang donasi. Seorang dokter dermawan asal Surabaya memberinya USD2.000, setara Rp 29,4 juta untuk liputan keduanya di Ukraina.

Jurnalis lepas atau freelance journalist sepertinya memang tak mendapat bayaran yang pantas.

Nyawa dipertaruhkan, namun fotonya terkadang cuma laku USD 10 atau setara Rp 147 ribu pada salah satu kantor berita internasional. Tapi Budi tidak menomorsatukan uang.

“But the feeling of having done something significant to help is worth more than Rp100 juta (Tapi perasaan setelah berbuat sesuatu yang signifikan untuk membantu, bernilai lebih dari Rp 100 juta, Red),” katanya dengan bahasa campur aduk.

“Yes. All the money in the world can not buy this experience and this feeling... It can only buy fuel and some bread and Coca-cola (Ya. Semua uang di dunia tidak bisa membeli pengalaman dan perasaan itu. Itu hanya bisa untuk membeli bahan bakar, roti, dan Coca-cola, Red),” canda fotografer yang bakal kembali ke Surabaya untuk misi pencarian orang tua kandung, Juli nanti.

Ada keuntungan menjadi jurnalis independen. Budi bisa meliput wilayah perang mana pun.


Pilot mengendalikan drone dari jarak jauh di tempat yang dirahasiakan di Ukraina timur.-Bud Wichers/Harian Disway-

Ketika berada di timur tengah, Budi bisa membaur dengan rakyat Palestina di pagi hari. Sorenya ia dengan mudah diterima di Israel.

Ia seperti air yang bisa menyesuaikan diri dengan wadah mana pun. Budi juga bercanda, ia bisa diterima di berbagai sisi medan perang karena memiliki wajah ramah Indonesia.

Ya, 45 tahun lalu Budi diadopsi oleh pasangan Belanda Gerrie dan Han Wichers. Budi masih mencari orang tua kandungnya yang bernama Mustiah dan Rusdi.

Makanya, ia menetap di Surabaya beberapa tahun terakhir.

Uang memang bukan segalanya bagi Budi. Namun duitnya sudah menipis. Budi sudah berada di Ujung timur Ukraina. Butuh tambahan uang agar ia bisa kembali ke Perbatasan Polandia.

Harga bensin sangat mahal. Pemerintah setempat memprioritaskan BBM untuk militer. 

Budi kembali menggalang donasi untuk bisa membeli bensin. Begitulah caranya bertahan di medan perang.

Soal Coca-cola, itu nama panggilan Budi di medan pertempuran lain. Gara-gara sangat gemar minum soda, orang-orang di Timur Tengah menjulukinya Mr Coca-cola.

Kembali ke soal drone, Budi diperbolehkan memotret secara detail tentang jenis drone yang mereka gunakan. Juga peranti komputer dan remotnya. 

Namun Budi tidak menampilkan wajah para pilot drone tersebut. Itu akan membahayakan mereka.

“Soal tempat juga harus dirahasiakan. Kalau sampai bocor, mereka bisa menggempur tempat itu,” katanya.

Para pilot drone sebenarnya tidak menetap pada satu tempat. Mereka berpindah-pindah saat menentukan target serangan.

Drone milik Ukraina mendominasi langit. Budi melihatnya berseliweran ketika dalam perjalanan di perbatasan Donbas.

Ada berbagai jenis drone yang dipakai. Dari yang rakitan sampai yang tercanggih: Bayraktar TB2 buatan Turki. Rusia tak mampu melumpuhkannya. (*)

Modifikasi Drone Konvensional Bisa Lumpuhkan Tank, baca besok

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: harian disway