Pengaruh Ekonomi Digital dan Gig Economy Terhadap Generasi Z

Pengaruh Ekonomi Digital dan Gig Economy Terhadap Generasi Z

Raihan Oktoviranda--

BACA JUGA:Krisis Harga Kebutuhan Pokok dan Ancaman Kesejahteraan Sosial

Data Kementerian Kesehatan (2024) menunjukkan bahwa sekitar 30 persen remaja dan pekerja muda mengalami gejala depresi atau gangguan tidur.

Selain itu, minimnya perlindungan hukum membuat pekerja gig rentan terhadap eksploitasi, seperti pemotongan upah sepihak dan diskriminasi gender. 

Di wilayah pedesaan, kesenjangan digital semakin memperparah ketimpangan, karena hanya sekitar 60 persen desa yang memiliki akses internet stabil (BPS, 2023). 

Secara keseluruhan, kondisi ini menciptakan Generasi Z yang kreatif dan produktif, namun sekaligus rentan terhadap ketidakadilan sosial dan tekanan mental.

BACA JUGA:Koperasi Merah Putih: Membangun Semangat Gotong Royong Berdasarkan Nilai Pancasila di Kota Lubuk Linggau

Solusi dan Penyempurnaan Opini

Solusi yang ditawarkan dalam opini ini pada dasarnya sudah kuat, terutama dalam aspek regulasi pemerintah, pendidikan adaptif, dukungan kesehatan mental, dan peningkatan kesadaran publik. 

Namun, solusi tersebut dapat disempurnakan agar lebih holistik, berkelanjutan, dan relevan dengan tantangan jangka panjang yang dihadapi Generasi Z sebagai penerus ekonomi digital.

Pertama, pemerintah perlu memperkuat regulasi dengan mewajibkan platform digital menyediakan jaminan sosial dan asuransi bagi pekerja gig, mencontoh model yang telah diterapkan di Singapura. 

BACA JUGA:Kurangnya Pengalaman Nilai Kemanusiaan yang Adil dan Beradab dalam Desa

Program percontohan dari Kementerian Ketenagakerjaan bagi pengemudi ojek daring juga perlu diperluas. 

Sebagai penyempurnaan, integrasi kecerdasan buatan (AI) dapat diterapkan untuk menciptakan algoritma kerja yang lebih adil, misalnya dengan memprediksi permintaan jasa secara lebih akurat sehingga fluktuasi pendapatan dapat ditekan.

Kedua, lembaga pendidikan perlu menyesuaikan kurikulum dengan kebutuhan era digital, seperti pelatihan keterampilan digital, literasi keuangan, dan manajemen waktu. 

Sebagai perbaikan, kurikulum juga sebaiknya dilengkapi dengan materi etika AI dan keberlanjutan, agar Generasi Z tidak hanya siap kerja, tetapi juga mampu berkontribusi pada pembangunan ekonomi yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.

BACA JUGA:Pengangguran dan Tantangan Kesempatan Kerja Bagi Generasi Muda

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber: