Terutama kepada ibu angkatmu, dan terlebih lagi dengan Dehe Enam. Sekarang Ayahanda jadi tahu siapa biang semua ini.
BACA JUGA:BNN Musi Rawas Tes Urine 100 Jaksa di Lubuklinggau, Berikut Hasilnya
Dan kembalilah kau ke dapur anakku, kita akan bersama". Budak Bosok, kembali ke dapur dimana la bermain dan tumbuh besar bersama ibu angkatnya, hal ini dilakukan agar tidak menimbulkan kecurigaan dari penghuni istana.
Sang Raja, merasa sangat puas akan apa yang disaksikannya dan yang dialaminya malam ini. Ia pun sangat marah besar pada Dehe Enam yang Ia tahu pasti Dehe Enam sudah berbuat jahat pada Permaisurinya Dewi Bungsu dan Putranya Budak Bosok, Raja akan membuat perhitungan.
Seperti biasanya, pagi yang cerah itu Sang Raja dan segenap perangkat kerajaan mengadakan pertemuan mengenai nasip kerajaan dimasa yang akan datang. Raja sangat menghawatirkan tentang penerus atau pewaris kerajaan, karena Sang Raja tidak memiliki putra.
Untuk itulah Sang Raja akan mencari permaisuri yang baru untuk beroleh keturunan. Berita ini langsung terdengar oleh Dehe Enam, mereka semua merasa sangat bersaing untuk meluluhkan perasaan Sang Raja.
Pada pertemuan itu Sang Raja memerintahkan agar Dehe Enam untuk menghadapnya di balai istana dengan dandanan yang terbaik.
Karena salah satu dari mereka akan dijadikan permaisuri Raja. Semua berjalan sesuai rencana, dengan seanggun-anggunnya dan penuh senyum daya pikat Dehe Enam memasuki Balai Istana yang hanya disaksikan raja seorang.
Raja memberikan syarat kepada Dehe Enam. "Dehe Enam dengarkan. Aku akan menjadikan satu diantara kalian menjadi permaisuriku. Apakah kalian bersedia? Dehe Enam sangat antusias menjawab, ” Yah, Raja kami sangat bersedia”.
Raja pun melanjutkan ucapannya, "Apakah kalian bisa berbicara jujur? Dan kalau kalian tidak jujur maka malapetaka yang akan menimpa kalian?
BACA JUGA:Motor Pasutri di Musi Rawas Terjun ke Irigasi, Satu Meninggal Dunia
Dehe Enam sejenak terdiam, “Kami.... bisa jujur Tuanku Raja”. Sang Raja manggut-manggut sambil mengintari Dehe Enam dengan senyuman sinis yang penuh kedendaman.
Baiklah kalian berbaris, aku akan memilih satu dari kalian dengan cara menebaskan pedangku ini di antara kalian. Siapa yang tidak terkena pedangku ini maka dialah permaisuriku.
Dehe Enam sudah kehilangan rasa logikanya, yang ada rasa inginnya menjadi permaisuri begitu menggebu hingga tidak bisa lagi menilai suatu cara yang bisa mencelakai diri mereka semua.
“Baiklah aku akan menutupi mataku, dan bersiaplah kalian semua, Sang Raja mengayunkan pedangnya, "Demi kau Dewi Bungsu...”, Raja menebas pedangnya ke barisan Dehe Enam, dan spontan saja teriakan histeris dan kucuran darah memenuhi ruang balai Istana.