Cerita Rakyat Musi Rawas, Gantikan Posisi Permaisuri Dewi Bungsu, Dehe Enam Sekongkol dengan Hulubalang

Kamis 20-07-2023,22:19 WIB
Reporter : Budi Santoso
Editor : Budi Santoso

Pada gerbang pintu pertama, Bujang Bekorong disambut Dehe Enam yang menampakan wajah kesedihan, dan menampakan sikap yang tidak mencurigakan. Melihat Dehe Enam, Bujang Bekorong sedikit mengendurkan senyumannya dan berganti ekspresi wajah yang tanda tanya. 

la pun bertanya kepada Tetua Dehe Enam. Bujang Berkorong berusaha mengumpulkan rasa sedih dan emosinya. Karena Ia tahu pasti ada berita yang tidak mengenakkan.

Dengan segenap keberanian yang terpaksa, Tetua Dehe Enam mengatakan yang sebenarnya, kalau Dewi Bungsu dan anaknnya telah meninggal dunia. Seperti disambar petir Bujang Bekorong berdiri lunglai menerima kenyataan pahit hidupnya, ingin rasanya Ia berteriak sekeras-kerasnya.

BACA JUGA:Cerita Rakyat Keramat Moneng Tekending di Musi Rawas, Pemimpin Suku Kubu Marah, Seberangi Sungai Satu Langkah

Namun ke Enam Dehe dengan sigap menguasai perasaan Rajanya yang sangat merindu. Belaian-belaian tangan Dehe Enam yang lemah lembut telah meluluhkan rasa kesedihan Sang Raja. 

Trik semacam ini ternyata adalah salah satu strategi dari skenario kebusukan hati Dehe Enam, yang pada akhirnya ingin menguasai hati Sang Raja. 

Sang Raja ingin melihat kuburan kedua orang yang dikasihinya. Dehe Enam dan Hulubalang mengantarkan Sang Raja ke Kuburan Dewi Bungsu dan Putranya. 

Sang Raja bersimpuh di gundukan tanah merah, sambil berdo'a dan meneteskan air mata. Dalam hati Sang Raja meyakini bahwa Dehe Enam tidak mengarang-ngarang cerita.

BACA JUGA:7 Bidadari Mandi di Telaga Musi Rawas, Bikin Patah Hati Pemuda Perantau Asal Curup, Begini Kisahnya

Walaupun sebelumnya Sang Raja ada perasaan curiga kepada Dehe Enam. Setelah melihat makam istri dan anaknya, dan melihat situasi kerajaan yang memang tidak terlihat permaisuri dan anaknya, Sang Raja berusaha menerima kenyataan.  

Dengan langkah berat, Sang Raja minta diantar ke kamarnya untuk beristirahat. Hulubalang pun sigap tanpa menunjukkan kecurigaan walaupun sebenarnya hulubalang adalah kaki tangan Dehe Enam. 

Dehe Enam mengiring Sang Raja, dengan perasaan kemenangan dan semua berjalan sesuai rencana. Waktu terus bergulir tanpa mau mundur, dan itulah kehidupan yang terus mengalir seperti air.

Demikianlah Sang Raja Bujang Bekorong dengan kerajaannya yang harus tetap hidup menjadi kerajaan yang kuat dan disegani oleh lawan. 

BACA JUGA:Keramat Moneng Tekending, Perantau Asal Rejang Lebong Mencari Peruntungan di Musi Rawas, Bertemu SAD

Seperti biasanya malam itu Sang Raja, belum dapat memejamkan matanya. Ia merasa gelisah di pembaringan yang sangat indah tanpa ada pendamping yang menemani malamnya.  

la berdiri, duduk, dan berjalan, hingga pada suatu sumber suara Sang Raja tertegun sejenak dan bertanya. Dalam hati, siapa dan dengan siapa berbicara? Sang Raja mengendap-endap menuju sumber suara, dan di balai istana.

Kategori :