Cerita Rakyat Musi Rawas, Merantau Bawa Ayam Beruge Putih, Ini Pesan Nenek Bujang Bekorong

Kamis 20-07-2023,15:50 WIB
Reporter : Budi Santoso
Editor : Budi Santoso

Dewi Bungsu sangat menyesali kepergian Suaminya yang mengembara terlalu lama. Sehingga tidak mengetahui lagi keadaan kerajaannya. Ia selalu berdo'a agar suaminya Bujang Bekorong segera kembali.

Usai melepas rasa kerinduan Dewi Bungsu dan putranya pun berpisah, dan akan bertemu lagi pada malam Jum'at yang akan datang. 

Dewi Bungsu pun berpesan kepada Putranya bahwa la masih bisa kembali ke bumi dan tinggal bersama, namun ada syaratnya. Syarat itu akan Dewi Bungsu sampaikan pada Jum'at malam yang akan datang. 

Dengan memeluk erat putranya Dewi Bungsu melepaskan pelukannya dan perlahan terbang ke langit khayangan. 

BACA JUGA:Sumpah Bereng Kecik, Orang Kupang Jangan Menikah dengan Tanah Periuk Sebelum Kambing Bertanduk Emas

Budak Bosok hanya bisa menyapu air matanya yang menetes dengan sendirinya. Sambil melambaikan tangan dan tatapan matayang lama-kelamaan hanya melihat bayangan hitam yang menghilang ditelan awan. 

Budak Bosok kembali keperaduannya di ruang dapur. Waktu yang dirindukan pun tiba, Bujang Bekorong yang membawa setumpuk rasa sayang dan cinta dengan tergesa-gesah berjalan untuk segera sampai ke istananya. 

Dalam setiap langkah la membayangkan wajah anaknya yang mungkin sudah besar. Tentu juga wajah permaisurinya Dewi Bungsu yang pasti masih setia dan merindukan dirinya. 

Ternyata para hulubalang telah sigap menyambut kedatangan Sang Raja Bujang Bekorong. Dengan berjalan gagah Bujang menapaki setiap anak tanggah Untuk segera bertemu dengan putra dan permaisurinya. 

BACA JUGA:Asal Usul Tari Silampari, 7 Bidadari Turun Mandi, Si Bungsu Menikah dengan Pemuda Asal Curup di Musi Rawas

Pada gerbang pintu pertama, Bujang Bekorong disambut Dehe Enam yang menampakan wajah kesedihan, dan menampakan sikap yang tidak mencurigakan. Melihat Dehe Enam, Bujang Bekorong sedikit mengendurkan seyumannya dan berganti ekspresi wajah yang tanda tanya. 

la pun bertanya kepada Tetua Dehe Enam. Bujang Berkorong berusaha mengumpulkan rasa sedih dan emosinya. Karena Ia tahu pasti ada berita yang tidak mengenakkan.

Dengan segenap keberanian yang terpaksa, Tetua Dehe Enam mengatakan yang sebenarnya, kalau Dewi Bungsu dan anaknnya telah meninggal dunia. Seperti disambar petir Bujang Bekorong berdiri lunglai menerima kenyataan pahit hidupnya, ingin rasanya Ia berteriak sekeras-kerasnya.

Namun ke Enam Dehe dengan sigap menguasai perasaan Rajanya yang sangat merindu. Belaian-belaian tangan Dehe Enam yang lemah lembut telah meluluhkan rasa kesedihan Sang Raja.

BACA JUGA:Dusun Teluk Kuala Suka Rami, Asal Mula Nama Ibukota Musi Rawas, Terdapat Keramat Metau, Ini Sejarahnya

Trik semacam ini ternyata adalah salah satu strategi dari skenario kebusukan hati Dehe Enam, yang pada akhirnya ingin menguasai hati Sang Raja. 

Kategori :