MUSI RAWAS, LINGGAUPOS.CO.ID – Cerita rakyat Bujang Bekorong menjadi peninggalan budaya di Kabupaten Musi Rawas Provinsi Sumatera Selatan.
Cerita rakyat Bujang Bekorong dikenal di Desa Muara Kati Kecamatan Tiang Pungpung Kepungut (TPK) Kabupaten Musi Rawas (Mura).
Sebelum menjadi raja di suatu kerajaan, Bujang Bekorong merupakan seorang pemuda yang tinggal di daerah talang (dusun) jauh dari keramaian.
Bujang Bekorong yang keseharianya memuka lahan dan bertani, tinggal di pondok sederhana bersama Neneknya.
BACA JUGA:Cerita Rakyat Musi Rawas, Bujang Bekorong jadi Raja, Dihianati Enam Dehe, Begini Jadinya
Selain meghabiskan waktu di pondok, sesekali Bujang Bekorong turun menyempatkan membantu Neneknya dan mandi ke sungai.
Dikutip dari buku Sejarah, Legenda dan Cerita Rakyat Musi Rawas, suatu hari Bujang Bekorong mengahadap Neneknya untuk mohon izin dan restu akan berjalan.
Bujang Bekorong ingin sekali berkeluarga, namun la kurang ada keberanian untuk menemukan calon pendampingnya.
Dengan keberanian yang telah direncanakan Bujang Bekorong berbicara serius dengan Neneknya.
BACA JUGA:Cerita Rakyat Bujang Bekorong Musi Rawas, Pemuda Asal Telang, Merantau Bertemu Jodoh Dewi Khayangan
Mendengar maksud Cucunya untuk keluar pondok mencari kehidupan baru, sang Nenek berat hati.
Namun untuk perubahan hidup mungkin lebih baik untuk cucunya, nenek pun tidak keberatan.
Sang nenek kemudian memberikan isyarat dengan cerita, andai cucunya ingin mencari pendaping hidup, cobalah menemukan suatu tempat yang namanya Mahligai.
Nenek pun menceritakan bahwa Maligai itu adalah tempat mandinya para bidadari yang turun dari kerajaan langit.