Bujang Bekorong sangat yakin sebentar lagi para bidadari akan turun ke Mahligai. Sekelebat beberapa bayangan mulai tampak dari kejauhan langit.
Lama-kelamaan semakin jelas dan jelas meluncur ke pinggiran telaga dan tanpa berlama-lama bidadari melepaskan pakaian terbangnya dan menceburkan dirinya ke telaga.
BACA JUGA:Keramat Moneng Lebeh, Legenda Dusun Terawas Musi Rawas, Seberangi Sungai Cukup Pakai Sejadah
Bujang Bekorong takjub luar biasa melihat apa yang dialaminya. Beberapa kali ia mencubiti tanganya untuk memastikan apakah yang dihadapannya nyata atau hanya sebuah khayalan.
Ternyata benar, ini bukan mimpi yang dihadapannya adalah tujuh bidadari turun mandi yang kecantikannya sangat luar biasa.
Dengan tidak menyia-nyiakan waktu dan kesempatan Bujang Bekorong mulai mengendap-endap untuk mengambil salah satu pakaian terbang Bidadari.
Bujang Bekorong menciumi pakaian Terbang Bidadari tersebut dengan penuh kasih sambil berucap di hati. "Terima kasih,Nek. Semua menjadi kenyataan" demikian ucapan Bujang Bekorong.
BACA JUGA:Sejarah Dusun Terawas Musi Rawas, Dikelilingi 6 Keramat, Mitos Ada Ikan Seluang Kebal
Dari kejauhan Bujang Bekorong tidak sekejap pun mengalihkan pandangannya. Dengan suasana hati yang sangat senang. Ia menikmati pemandangan yang terindah yang belum pernah dilihatnya secara gratis.
Malam terus beranjak, rasanya para Bidadari sudah waktunya untuk kembali ke khayangan. Satu-per satu Bidadari mengenakan pakaian terbangnya.
Namun ada satu bidadari, yaitu Dewi Bungsu alias bidadari paling kecil hanya mondar-mandir kebingungan mencari pakaian terbangnya. Keenam saudaranya ikut kebingungan mencari pakaian terbang adiknya, namun tidak ditemukan.
Akhirnya kepanikan mulai terjadi diantara mereka. Untunglah Bidadari tertua dapat mencarikan solusi dari masalah yang dihadapi salah satu saudaranya.
BACA JUGA:Selangit Musi Rawas, dari Ikan Salai yang Angit, Raja Majapahit Merana Ditinggal Putri Bungsu
Dengan mengenakan selendang Bidadari tertua, dan membentuk konfigurasi bidadari mencobah membawa adiknya Dewi Bungsu terbang kembali ke khayangan.
Sementara Bujang Bekorong yang menyaksikan kejadian tersebut hanya diam dengan rasa kecewa yang tidak bisa dilukiskan.
Dengan gontai di malam yang masih purnama itu, Bujang Bekorong meratapi dirinya. Pupus semua harapan, entah apa lagi yang harus dilakukan untuk menggapai mimpi yang mulai sirna dalam sekejap.