Walaupun Momot sendiri, namun Sang Raja sejenak dapat melepaskan rasa sedih hatinya karena bisa melihat, memeluk buah hatinya.
Sang Raja dengan kedatangan putranya Momot hari-harinya seakan mendapat suntikan darah segar.
Rasa kesedihan sirna, rasa kerinduan dan penasaran pun terjawab.
Walaupun kebahagiaan belum sempurna namun Sang Raja sejenak bisa melihat dan memeluk buah cintanya dengan Putri Bungsu.
Lebih dari dua pekan Momot bersama Ayahandanya. Dipekan berikutnya Momot memohon izin kepada ayahandanya untuk mengembara mencari pengalaman hidup di bumi.
Terasa berat Sang Raja mengizinkan putranya Momot untuk pergi mengembara meninggalkannya kembali sendiri.
Namun demi untuk pengalaman hidup bagi putranya Sang Raja pun mengizinkan.
BACA JUGA:Cerita Rakyat Musi Rawas, Tuah Negeri Pasang Strategi, Belanda Takut Dengan Busa Warna Merah
Momot mendapat pesan dari Ayahandanya bahwa dalam perjalanan la harus menggunakan perahu mayang dalam menyusuri pantai, dan menyeberang lautan.
Dan apabila tiba disuatu muara maka Momot harus menimbang air yang Ia lalui dan air yang datang dari muara.
Mana timbangan yang lebih berat kesanalah Ia harus meneruskan perjalanan.
Ketika tiba di Muara Sungsang, Momot menimbang air laut dengan air Sungai Musi.
BACA JUGA:Asal Usul Tuah Negeri, Bujang Tua Rejang Lebong Bertapa Mencari Jodoh, Merantau ke Musi Rawas
Setelah ditimbang ternyata air Sungai Musi lebih berat dari air laut.
Demikianiah berulang kali Momot menimbang air disetiap bertemu dengan Muara Sungai.