Saat Media Sosial Lebih Responsif dari pada Pemerintah
Siti Komariah Ulpa--
Oleh: Siti Komariah Ulpa *)
Media sosial kini menyatu erat dalam rutinitas harian warga Indonesia. Perannya multifungsi, meliputi alat berkomunikasi, sarana hiburan, penyedia informasi berita, hingga wadah kegiatan bisnis.
Individu leluasa menentukan platform yang sesuai preferensi, seperti situs jejaring sosial (Facebook, LinkedIn), berbagi konten (Instagram, YouTube, Pinterest), mikroblog (X/Twitter), forum obrolan (Reddit, Kaskus), pesan cepat (WhatsApp, Telegram), ruang maya (Minecraft, VRChat), ensiklopedia bersama (Wikipedia), serta siaran langsung dan audio (Clubhouse, Twitch).
Isu publik sering kali muncul pertama kali di media sosial, yang menjadi saluran pengaduan utama untuk menggaet perhatian publik dan media konvensional.
BACA JUGA:Etika Penggunaan Dana BOS: Konser vs Kualitas Pendidikan
Platform ini kini berfungsi sebagai arena publik yang sangat gesit, berkat karakter real-time, partisipatif, dan tanpa hambatan birokrasi, sehingga berita menyebar dengan kilat.
Warga bisa langsung meluapkan unek-unek, tukar cerita pengalaman, atau cari jalan keluar, sedangkan pemerintah kerap ketinggalan gara-gara tata cara formal yang bertele-tele.
Hasilnya, rasa kebersamaan dan penyelesaian masalah lebih cepat tergali di dunia maya ketimbang bergantung pada respons resmi aparatur negara.
Fenomena tersebut membuktikan bahwa media sosial tak lagi sekadar alat komunikasi, melainkan panggung politik dan pengawasan masyarakat.
BACA JUGA:Gelondongan Kayu di Tengah Banjir: Tanda Bahwa Hutan Kita Tak Lagi Baik-baik Saja
Eksistensinya menguatkan suara kritik, aspirasi, serta pengendalian publik terhadap otoritas pemerintah. Dinamika dunia digital ini memaksa pemerintah menjadi lebih fleksibel, terbuka, dan gesit, supaya tak kehilangan legitimasi dari warga.
Media sosial berubah menjadi pendorong demokrasi yang memaksa aparatur negara lebih peka pada tuntutan rakyat.
Media sosial lebih lincah merespons daripada pemerintah berkat penyebaran berita secara langsung lewat efek viral, hashtag, dan obrolan ramai yang ciptakan desakan publik seketika.
Contoh konkret seperti protes soal jalan berlubang atau pelayanan publik amburadul yang dorong perbaikan kilat dari pemda guna meredam sorotan, plus ubah muka kebijakan pusat gara-gara gerakan warganet.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber:
