Generasi Z dan Gelombang Bullying: Krisis Karakter Warga Negara Muda

Generasi Z dan Gelombang Bullying: Krisis Karakter Warga Negara Muda

Fina Gusti--

Oleh: Fina Gusti *)

Pada 20 November 2025, sebuah video dari Bojongmenteng, Bekasi menampilkan seorang pelajar yang menangis dan menyatakan ‘nggak mau sekolah’ setelah mengalami intimidasi di sekolahnya.

Menggambarkan dampak psikologis bullying yang membuat korban merasa tidak aman bahkan di lingkungan pendidikan mereka sendiri, serta ketidakyakinan para siswa untuk melapor karena takut dibalas atau tidak percaya pada sistem perlindungan sekolah.

Banyak pelajar Gen Z mengetahui terjadinya bullying tetapi memilih tidak melapor karena takut dibalas pelaku, sistem pelaporan yang tidak aman, serta program anti-bullying yang belum efektif memberikan perlindungan.

BACA JUGA:Banjir Rejang Lebong, Rapuhnya Infrastruktur Tanggul dan Drainase

Fenomena meningkatnya bullying di kalangan Generasi Z menunjukan bahwa krisis karakter warga negara muda semakin nyata. 

Di tengah kemajuan teknologi dan keterbukaan informasi, perilaku perundungan—baik di sekolah maupun di dunia maya—masih terus terjadi bahkan semakin sulit dikendalikan. 

Ironisnya, generasi yang hidup dalam era digital penuh peluang justru terjebak dalam budaya saling merendahkan, mengejek, dan menyerang, yang tidak sejalan dengan nilai-nilai dasar kewarganegaraan seperti empati, toleransi, serta rasa tanggung jawab sosial.

Media sosial menjadi ruang yang sering memicu tindakan bullying karena memberikan anonimitas dan akses mudah untuk menyerang orang lain tanpa harus berhadapan langsung. 

BACA JUGA:Lingkungan Rusak, Kita Pelakunya: Ketika Kewajiban Menjaga Alam Tidak Lagi Dianggap Penting

Gen Z yang seharusnya lebih kritis malah sering terpengaruh oleh tren negatif seperti body shaming, komentar kasar, dan “perang komentar” hanya demi hiburan atau tekanan kelompok. 

Perilaku ini mencerminkan bahwa pendidikan moral dan etika berwarga negara belum sepenuhnya tertanam kuat dalam diri generasi muda.

Selain itu, banyak pelajar yang mengetahui kasus bullying namun memilih diam karena takut dibalas pelaku. 

Budaya diam ini memperburuk kondisi, karena membiarkan pelaku merasa bebas dan korban merasa tidak terlindungi. 

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber: