Mengenang Desember Kelam di Negeri Silampari (1)

Mengenang Desember Kelam di Negeri Silampari (1)

Lanskap Sungai Kelingi dengan Bukit Sulap di Bumi Silampari--

Kendati banyak mujahid kita yang gugur, namun tidak sedikit pula tentara Belanda yang tewas dalam perang tersebut. 

BACA JUGA:Wujudkan Indonesia Bersinar, BNNK Musi Rawas Gelar Press Release Akhir Tahun 2024

Tidak banyak catatan yang bisa mengungkap sesiapa tokoh lain yang terlibat, apa gerangan pemicu perang dan berapa jumlah pejuang yang gugur dalam peristiwa tersebut. 

Walaupun Belanda  akhirnya berhasil merebut wilayah Ulaklebar, namun tetes darah dan nyawa para mujahidin kita niscaya menjadi perantara jalan ke surganya Allah tanpa hisab. 

Tentang apa pemicu jihad tersebut, saya mencoba menyusun analisis berdasarkan kajian dokumenter dari berbagai sumber. 

Bahwa diakui oleh pejabat Belanda yang terungkap dalam catatan Roo De Faille dalam "Dari Zaman Kesultanan Palembang" (LIPI, 1971), ternyata sejak Kesultanan Palembang dihapuskan Belanda (1821) dan dibentuk Keresidenan Palembang (1825), sebagian besar "daerah uluan"  Musi belum bisa ditaklukan Belanda hingga tahun 1860-an.

BACA JUGA:Mulai 1 Januari 2025, HP Android dan iPhone Ini Tak Bisa Pakai WhatsApp, Buruan Cek Daftarnya!

Residen Palembang pertama Sevenhoven (1825-1846) dan Residen kedua De Kock Steinitz (1846-1849) serta para penerusnya, hampir kehabisan akal untuk menaklukan wilayah Musi Ulu, Rawas, Lematang dan Pasemah hingga tahun 1860-an yang dahulu menjadi basis kekuatan Sultan Mahmud Badarudin II.  

Puncaknya adalah ketika Belanda menerbitkan Agrarische Wet 1870 (UU Agraria), yang membuka peluang investor Eropa masuk ke Nusantara dengan jaminan HGU tanah perkebunan (hak erpacht) selama 75 tahun. 

Maka Belanda mulai bernafsu syaiton berusaha menaklukan daerah Uluan Musi & Rawas (Negeri Silampari) yang potensial bagi perluasan perkebunan komoditas ekspor seperti lada, karet, sawit, kopi, teh dll. 

Dan, salah satu Penguasa Lokal yang menentang keras adalah Depati Said dari Dusun Ulaklebar Negeri  Silampari. 

BACA JUGA:Istri yang Ditikam Suami Kecanduan Slot Alami Kelumpuhan, AKBP Koko Arianto: Jangan Terperangkap Judi Apapun

Tidak ada catatan, kenapa hanya Depati Said yang gigih melawan Belanda di kawasan Musi Ulu. 

Patut diduga, Depati Said memiliki afiliasi (dan terinspirasi) oleh Sultan Taha Syaifuddin yang tengah berjihad melawan Belanda sejak tahun 1858, dan berakhir tahun 1904; dan dicatat sebagai perang gerilya terlama (46 tahun) di negeri  Djambi ini sepanjang Belanda menaklukan Kerajaan Islam di Nusantara ini. (Bersambung)

Disclaimer: Artikel ini bersumber dari naskah resmi Pemda Musirawas tgl. 28 Januari 1987, dan dilengkapi  wawancara dengan narasumber. Lalu diperkaya dari Buku "Api Sejarah"  karya AM Suryanegara (2011) dan "Sarekat Islam & Pergerakan Politik di Palembang", Depdiknas, 2001. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: