Menunaikan Hak: Pilkatak-2024

Menunaikan Hak: Pilkatak-2024

Pilkada 2024.--

BACA JUGA:Peran Dana Desa Dalam Pembangunan Ekonomi dan Sebagai Pengendali Inflasi Kabupaten Musi Rawas

Kan lu tau, petugas KPPS yang wafat pada Pilpres 2024 nyampai 181 orang”. 

Ini adalah catatan pilu sejarah Pemilu serentak di tahun 2024. Untuk kita renungkan! 

Qodarullah, niscaya mereka yang wafat sudah nyampai di titik ajalnya. Dan semoga tercatat sebagai para mujahid. Aamiin yaa Robbal’alaamiin. 

Alhamdulillah, sepanjang ikut memilih dalam Pemilu (dan Pilkada), aku belum pernah merasakan apa itu "dageraad aanval" alias serangan fajar. 

BACA JUGA:Menjenguk Gedung Tua Bappeda Musirawas

Sedari dulu, aku selalu menghindarinya! Dalam hal yang satu ini, sungguh aku sangat otonom: memilih dengan sepenuh jiwa! 

Dengan cara: mengoleksi dan mengompilasi informasi, data dan fakta tentang kandidat secara mandiri; menganalisis, menyintesis dan membuat konklusi sendiri, demi kepuasan hati dalam memilih para calon pejabat publik. Lalu berdoa agar diluruskan niat mereka. 

Pertama kali aku "memilih" adalah pada Pemilu 1977, yang hanya diikuti oleh tiga partai: PPP, Sekber Golkar dan PDI. 

Belum ada partai Golkar dan belum ada PDI-P. Kala itu, era pemerintahan Soeharto (Golkar?) sedang bersemangat sekali membungkam suara rakyat melalui aparat negara. 

BACA JUGA:Karangketuan: Jejak Antropologis dan Kisah Heroiknya (1)

Aku baru tamat sekokah, pulang dari kota dengan membawa nilai-nilai perjuangan PII (Pelajar Islam Indonesia) yang kala itu sangat "anti-Golkar". 

Maka, H-1 sebelum pencoblosan (Senin, 2 Mei 1977) aku "diamankan" di kantor Koramil dan diberi kuliah  tentang "stabilitas pemerintahan demi pembangunan". 

Lalu dipulangkan. Tapi, esoknya aku masih nyoblos PPP, walaupun suaraku dianggap rusak. 

Ternyata di meja ketua KPPS ada paku khusus, yang bisa membuat suara rusak, agar suara non-Golkar mendekati nol. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: