Gawat Resesi Seks, Jepang Hadapi Krisis Populasi, Angka Pernikahan dan Kelahiran Turun Setiap Tahun

Gawat Resesi Seks, Jepang Hadapi Krisis Populasi, Angka Pernikahan dan Kelahiran Turun Setiap Tahun

Resesi seks masih terjadi di Jepang hingga sekarang, yang mana populasi di Jepang diprediksi akan terus turun hingga di bawah 100 juta.--Freepik

LINGGAUPOS.CO.ID – Resesi seks masih terjadi di Jepang hingga sekarang, yang mana populasi di Jepang diprediksi akan terus turun hingga dibawah 100 juta.

Krisis populasi ini masih menjadi masalah yang cukup mengkhawatirkan bagi Jepang.

Diambil dari berbagai sumber yang dikutip pada Jumat, 1 Maret 2024, padahal sudah banyak kebijakan untuk warganya agar menikah dan punya anak, namun tetap saja tingkat kelahiran di negara tersebut turun di level terendah sepanjang masa.

Menurut informasi, pada 2023 tercatat hanya ada 758.631 kelahiran di Jepang, yang mana terendah dalam 90 tahun terakhir.

BACA JUGA:Prediksi Unsur Pimpinan DPRD Lubuk Linggau, Nasdem Geser PDI-P, Golkar dan Gerindra Bertahan

Kondisi tersebut membuat Jepang ini masuk ke level yang krisis populasi.

"Penurunan angka kelahiran berada dalam situasi kritis," kata Kepala Sekretaris Kabinet Yoshimasa Hayashi.

Sementara itu, Perdana Menteri (PM) Fumio Kishida mengatakan tren ini sebagai krisis paling parah yang dihadapi Jepang, yang mana mengingat potensi dampak sosial dan ekonomi, dan tekanan terhadap keuangan publik.

Selain itu, pemerintahan Jepang juga sudah mengeluarkan serangkaian langkah guna mendukung rumah tangga yang memiliki anak pada akhir tahun lalu.

BACA JUGA:Kasat Narkoba Divonis Mati, Terlibat Jaringan Narkoba Internasional Fredy Pratama

Krisis populasi ini disebut diperparah oleh karena semakin banyaknya usia lansia di Jepang, selain itu, jumlah kematian juga mencapai rekor 1.590.503 naik selama tiga tahun berturut-turut.

Dilaporkan dari The Japan Times, jumlah pernikahan pada 2023 turun hingga 30 ribu jika dibandingkan tahun sebelumnya ke angka terendah pasca perang yaitu 489.281.

"Orang-orang cenderung menikah dan melahirkan di usia yang lebih tua, dan selain itu, virus corona mungkin juga berdampak pada pernikahan dan kelahiran," kata seorang pejabat Kementerian Kesehatan.

Sementara itu, ada survei yang dilakukan oleh The National Institute of Population and Social Security Tokyo, yang mana sekitar 17,3 persen pria dan 14,69 wanita tidak memiliki hasrat berkeluarga.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: