Patut Ditiru Etika dan Moral Berpolitik Nabi Muhammad SAW, ini 5 Gaya Politik yang Harus Diteladani

Patut Ditiru Etika dan Moral Berpolitik Nabi Muhammad SAW, ini 5 Gaya Politik yang Harus Diteladani

5 gaya berpolitik Nabi Muhammad SAW-Foto: net-

BACA JUGA:Rekomendasi Permainan Warna dan Tips Desain Interior Rumah Minimalis, Terapkan ini Dijamin Betah di Rumah

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَهَا يَا عَائِشَةُ لَوْلَا أَنَّ قَوْمَكِ حَدِيثُ عَهْدٍ بِجَاهِلِيَّةٍ لَأَمَرْتُ بِالْبَيْتِ فَهُدِمَ فَأَدْخَلْتُ فِيهِ مَا أُخْرِجَ مِنْهُ وَأَلْزَقْتُهُ بِالْأَرْضِ وَجَعَلْتُ لَهُ بَابَيْنِ بَابًا شَرْقِيًّا وَبَابًا غَرْبِيًّا فَبَلَغْتُ بِهِ أَسَاسَ إِبْرَاهِيمَ 

Artinya, “Dari ‘Aisyah ra, bahwa Nabi Saw. berkata kepadanya, ‘Seandainya bukan karena keberadaan kaummu yang masih lekat dengan kejahiliyahan, tentu aku sudah perintahkan agar Ka'bah Baitullah dirobohkan lalu aku masukkan ke dalamnya bagian yang sudah dikeluarkan, aku akan jadikan (pintunya yang ada sekarang) rata dengan permukaan tanah, lalu aku buat pintu timur dan pintu barat dengan begitu aku membangunnya di atas pondasi yang telah dibangun oleh Nabi Ibrahim as.” (HR. al-Bukhari).

Akhirnya, renovasi pun dilakukan di masa ‘Abdullah bin Zubair berdasarkan sabda Nabi Muhammad saw. tersebut.

Di kala itu, umur agama Islam sudah cukup dapat memahami dan memaklumi ide perobohan dan pembangunan kembali Ka’bah.

BACA JUGA:Ariel Noah Akhirnya Berani Buka-Bukaan Jawab Andika: Karena Nggak Enakan, Akhirnya Kayak Sekarang

Contoh lainnya adalah kepekaan Nabi Muhammad saw terhadap tindakan sanksi kepada sebagian tokoh munafikin yang banyak orang memahaminya sebagai plin-plan.

Padahal, tujuan Nabi Muhammad saw adalah untuk kemaslahatan yang lebih besar bagi Islam dan umat Islam saat itu.  Sebut saja ‘Abdullah bin Ubay bin Salul, seorang tokoh munafik, yang kala itu pernah ‘Umar menyarankan kepada Nabi Muhammad saw agar mengeksekusi mati terhadapnya, tetapi beliau tolak.

Meskipun kesalahan yang sama pernah dilakukan oleh orang lain namun dijatuhi hukuman mati. Beliau menjawab ‘Umar, “Apa yang akan dikatakan oleh orang? Muhammad membunuh pengikutnya sendiri.”

Dalam kasus lain, ‘Abdullah bin Ubay bin Salul pun terlibat dalam kasus fitnah yang dilontarkan terhadap Siti ‘Aisyah. Namun beliau tidak dihukum cambuk karena Nabi Muhammad saw memandang kemaslahatan yang lebih besar.

BACA JUGA:Ariel Noah Akhirnya Berani Buka-Bukaan Jawab Andika: Karena Nggak Enakan, Akhirnya Kayak Sekarang

Konon, kemaslahatan besar dari menghindari penjatuhan hukuman tersebut adalah agar tidak terulang kembali peperangan antara suku Aus dan Khazraj sebagaimana terjadi sebelum Islam datang.

Ketiga, politik ala Nabi Muhammad saw tidak menerima gratifikasi atau imbalan tertentu supaya Nabi Muhammad saw berhenti dari kegiatan dakwah dan memimpin umat.

Hal ini pernah terjadi ketika Nabi Muhammad saw mendapatkan lobi dari kaum musyrikin melalui pamannya dengan menawarkan beragam kenikmatan duniawi. Nabi pun menjawab,

“Wahai paman, seandainya mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku, supaya aku meninggalkan misiku, pasti aku akan menolaknya dan akan terus berusaha walau aku mati dalam melaksanakannya.” (Ibnu Hisyam, as-Sirah li Ibni Hisyam, [Beirut: Dar al-Jayl, 1411], jilid II, hal. 101).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: nu.or.id