Indonesia Darurat Kesehatan Mental, Kasus Bunuh Diri Meningkat Terus
Indonesia Darurat Kesehatan Mental, Kasus Bunuh Diri Meningkat Terus--Pixabay.com
BACA JUGA:Mahasiswa Unnes di Semerang Tewas Bunuh Diri, Meninggalkan Surat Untuk Ibu, Isinya Begitu Menyentuh
Sementara itu, drg Vensya mengatakan, bahwa untuk catatan di tahun 2023 datanya masih di validasi oleh mereka.
Sementara itu, dr Khamelia Malik dari Persatuan Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa Indonesia (PDSKJI) menyebut pencatatan kasus bunuh diri di Indonesia secara riil di lapangan terbilang sulit.
Salah satu faktornya dipicu pencatatan kasus berdasarkan rekam medis. Menurutnya, kasus bunuh diri tidak ditanggung BPJS Kesehatan, sehingga kebanyakan dokter dilemma memberikan diagnosis pasti kepada pasien.
Agar tetap ditanggung, korban seringkali diberikan keterangan meninggal karena gangguan kejiwaan depresi, dan jenis masalah mental lainnya.
BACA JUGA:Pria Asal Jambi yang Bunuh Diri Karena Cinta, Dibawa ke Rumah Duka di Sarolangun
Selain itu dr Khamelia juga menyebut bahwa belakangan semakin banyak remaja yang melakukan percobaan bunuh diri dan melukai diri sendiri.
Bukan tanpa sebab, hal tersebut dipicu oleh sulitnya menahan impulsivitas atau dorongan kecenderungan impulsive yang tidak bisa dikendalikan.
Banyak pasien disebutnya menganggap bunuh diri adalah satu-satunya jalan dari masalah yang dihadapi, “Seolah tidak ada solusi lain lagi selain kematian,” jelas dokter
Tidak sedikit dari mereka bahkan mungkin sudah mempersiapkan kematiannya, secara tenang. Hal ini yang membuat perilakunya sulit dicegah lantaran tidak ada “warning” atau peringatan dari korban.
Berkaca pada kasus viral mahasiswa Unnes, salah satu yang bisa diupayakan adalah komunikasi orang tua dan anak.
Mencoba membuka komunikasi bersama anak dengan pendekatan yang tidak menghakimi atau mendiskriminasi apa yang dirasakan anak.
Untuk itu, tidak ada salahnya untuk menanyakan hal yang dianggap sensitif seperti mungkinkan ada keinginan untuk bunuh diri.
Menurut dia, pada kebanyakan kasus, lontaran pertanyaan semacam itu membuat korban merasa diperhatikan, hingga muncul persepsi lain untuk meredam keinginan bunuh diri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: kemenkes