Sejarah Keramat Penjage Bengkal dan Dian Pematang Hijau di Musi Rawas, Asal Mula Desa Lubuk Tua
Desa Lubuk Tua dulunya berdiri kerajaan Lubuk Penjage.-dokumen-linggaupo.co.id
BACA JUGA:Polisi Datangi Pemuda Muratara di Pos PT SAP, Setelah Digeledah Ternyata Bawa Barang Berbahaya
Ngelek kebelakang jurang dalam
Ngelek kekanan badas tinggi
Ngalale ke kidau unak bajurai
Mandang kadepan si imau kumbang
BACA JUGA:Terimakasih AKBP Ferly Rosa Putra, Selamat Datang AKBP Koko Arianto Wardani di Muratara
Dengan berlangsungnya acara penobatan Raden Kenayan dan Putri Sri Dewi Ningsih sebagai raja, maka seluruh rakayat Kerajaan Lubuk Penjage mengucapkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Karena kerajaan mendapatkan pemimpin yang baik dan bijaksana, untuk itu Raden Kenayan mendapatkan gelar “Raje Lubuk Penjage Bengkal" atau sekarang dikenal dengan nama daerah Desa Lubuk Tua.
Tidak berapa lama setelah Kenayan dinobatkan menjadi Raja Lubuk Penjage, Raja Haji Abdul Kadir Jailani yang usianya telah senja meninggal dunia.
Keluarga kerajaan dan rakyat berduka dan sangat sedih karena kehilangan raja yang amat sangat meraka cintai dan selama ini telah memimpin dengan baik di kerajaan Lubuk Penjage.
BACA JUGA:Postingan Video Viral di Hotel Grand Zuri Hilang di Facebook
Upacara pemakaman dilaksanakan dengan penuh haru, rakyat Lubuk Penjage berduyun-duyun menghantarkan raja yang mereka hormati dan sayangi ke peristirahatan terakhir di Desa Pematang Hijau (Desa Lubuk Tua sekarang).
Desa ini terletak di Kecamatan Muara Kelingi, disekitar makam tersebut tumbuh pohon durian yang buahnya berwarna hijau dan makam ini mempunyai cerita aneh mistis.
Sehingga makam tersebut diberinama oleh masyarakat kelingi Keramat Dian Pematang Hijau .
Setelah bertahun-tahun Kenayan menjadi Raja Lubuk Penjage, kerajaan semakin banyak mengalami kemajuan dalam segala bidang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: