Cerita Rakyat Musi Rawas, Gantikan Posisi Permaisuri Dewi Bungsu, Dehe Enam Sekongkol dengan Hulubalang

Cerita Rakyat Musi Rawas, Gantikan Posisi Permaisuri Dewi Bungsu, Dehe Enam Sekongkol dengan Hulubalang

Cerita rakyat Musi Rawas Bujang Bekorong -ilustrasi-linggaupo.co.id

BACA JUGA:Cerita Rakyat Musi Rawas, Kisah Penerus Kerajaan Lubuk Penjage, Dipandang Sebelah Mata, Bukan Orang Biasa

Dengan memohon restu Neneknya, Bujang Bekorong berjalan meninggalkan Neneknya dan talang dimana ia dibesarkan. 

Di perjalanan, Bujang Bekorong sangat bersemangat melewati imbeh (Rimba), gunung, sungai. Sesekali ia pun harus beristirahat melepas lelah dan dahaga. 

Usai sejenak beristirahat Bujang Bekorong melanjutkan pengembaraannya. Di jalan sering kali Bujang Bekorong harus menebas ranting pepohonan yang menghalagi jalannya.

Seringkali pula Bujang Bekorong harus sembunyi-sembunyi dari binatang buas yang sedang berjalan tak tentu arah. Tak lama kemudian Bujang Bekorong telah menemukan tempat peristirahatannya di malam yang kian berkuasa.  

BACA JUGA:Cerita Rakyat Musi Rawas, Sejarah Kerajaan Lubuk Penjage Muara Kelingi, Sekarang Bernama Desa Lubuk Tua

Di atas dahan yang rindang dengan beberapa kayu yang sengaja dipanlangkan dari dahan kedahan jadilah buat Bujang Bekorong menidurkan tubuhnya. 

Ini menjadi salah satu cara Bujang Bekorong untuk menghindari jangkauan binatang buas yang tidak sengaja bertemu dengannya. Mata belum juga terpejam, pikiran Bujang Bekorong jauh memikirkan Neneknya yang sendiri di pondok. 

Dalam hati Bujang Berkorong memohon kepada yang Kuasa agar dirinya ditunjukkan jalan untuk menemukan Maligai. Paginya, dengan udara yang lembab berembun tidak bisa mengusik tidur pulas Bujang Bekorong yang sangat lelah. 

Ia terbangun paksa, sementara ayam beruge putih miliknya masih nangkring di dahan pohon di dekatnya.  

BACA JUGA:Mahesa Putra Pradana dan Cindy Putri Amalia Bujang Dehe Musi Rawas 2023

Bujang Bekorong bergegas menyiapkan dirinya untuk melanjutkan perjalanan, sambil mencari bahan makanan yang tumbuh di hutan yang bisa dimakan. 

Tanpa banyak mengeluh Bujang Bekorong melanjutkan pengembaraannya. Dia melewati imbe yang terkadang belum terjamah oleh manusia, naik bukit turun bukit, lembah dengan tantangan yang sudah pasti di depan mata. 

Siang berganti malam, waktu terus berjalan maju tanpa mundur meninggalkan memori yang tersimpan. Dengan letihnya Bujang bekorong beristirahat sejenak di bawah pohon beringin.

Belum lama beristirahat tanpa diduga ayam beruge berkokok, sebagai pertanda Maligai berada di sekitar tempat tersebut. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: