Gerhana Matahari Hibrida Disebut Bisa Jadi Patokan Hari Raya Idul Fitri, BRIN Berikan Penjelasan

Gerhana Matahari Hibrida Disebut Bisa Jadi Patokan Hari Raya Idul Fitri, BRIN Berikan Penjelasan

Indonesia akan alami Gerhana Matahari Hibrida pada April 2023 -Gerhana Matahari-Pixabay/@TheDigitalArtist--

JAKARTA, LINGGAUPOS.CO.IDGerhana Matahari Hibrida yang akan terjadi pada 20 April 2023, disebut bisa jadi patokan penetapan Hari Raya Idul Fitri 1444 H.

Hanya saja pernyataan tersebut langsung dibantah oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

Ahli Astronomi-Astrofisika, Pusat Riset Antariksa BRIN, Thomas Djamaluddin menegaskan bahwa fenomena Gerhana Matahari Hibrida menunjukkan konjungsi atau kesegarisan posisi Matahari dan bulan dari pengamatan bumi.

Sehingga, kejadian konjungsi ini tak bisa dijadikan patokan sebagai pergantian bulan ramadan ke syawal. Karena, Gerhana Matahari Hibrida hanya menunjukkan adanya bulan baru astronomi atau new moon.

BACA JUGA:Durasi Gerhana Matahari Hibrida di Sumatera Selatan 2 Jam 20 Menit, Berikut Rincian Setiap Kabupaten dan Kota

“Tidak benar itu. Gerhana Matahari Hibrida tak bisa dijadikan rujukan sebagai pertanda awal bulan Hijriah atau bulan islam," kata Thomas Djamaluddin.

Djamaluddin menerangkan, seandainya konjungsi ini bisa dijadikan patokan untuk awal bulan, maka pemerintah akan memutuskan jatuhnya awal ramadan lalu pada 22 April 2023.

"Berdasarkan hukum fiqih, dasar penetapan bulan baru Hijriah harus berdasarkan pengamatan atau posisi bulan saat menjelang maghrib," bebera Djamaluddin.

Lebih lanjut Djamaluddin berpendapat, bahwa 1 Syawal 1444 Hijriah akan jatuh pada 22 April 2023. Namun, keputusan itu dikembalikan lagi kepada pemerintah melalui sidang isbat.

BACA JUGA:20 April 2023 Gerhana Matahari Hibrida Bakal Gelapkan Langit Indonesia, Apakah Berbahaya?

"Balik lagi keputusannya ada pada pemerintah usai sidang isbat," kata Djamaluddin.

Pada Kamis 20 April 2023 akan terjadi Gerhana Matahari Hibrida yang dapat diamati di Indonesia.

Dikutip dari bmkg.go.id, Selasa 18 April 2023, dijelaskan bahwa Gerhana Matahari Hibrid terjadi ketika Matahari, Bulan, dan Bumi tepat segaris.

Sehingga di suatu tempat tertentu terjadi peristiwa piringan Bulan yang teramati dari Bumi lebih kecil daripada piringan Matahari.

BACA JUGA:Lebaran Idul Fitri 1444 H Diputuskan 20 April 2023, Berikut Link Live Streaming Sidang Isbat Kemenang RI

Kemudian tempat tertentu lainnya terjadi peristiwa piringan Bulan yang teramati dari Bumi sama dengan piringan Matahari.

Akibatnya, saat puncak gerhana di suatu tempat tertentu, Matahari akan tampak seperti cincin, yaitu gelap di bagian tengahnya dan terang di bagian pinggirnya, sedangkan di tempat tertentu lainnya, Matahari seakan-akan tertutupi Bulan.

Sehingga Gerhana Matahari Hibrid terdiri dari dua tipe gerhana, Gerhana Matahari Cincin dan Gerhana Matahari Total.

Terdapat tiga macam bayangan Bulan yang terbentuk saat GMH, yaitu antumbra, penumbra, dan umbra.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: