Menurunnya Minat Baca dan Ancaman Masa Depan Bangsa
Adi Wiranata--
Oleh: Adi Wiranata *)
Di era serba digital saat ini, minat baca masyarakat Indonesia terus mengalami penurunan yang mengkhawatirkan.
Budaya membaca semakin tergeser oleh aktivitas instan seperti bermain game, menonton hiburan, dan konsumsi konten cepat di media sosial.
Dampaknya tidak hanya melemahkan kemampuan literasi, tetapi juga memengaruhi kualitas pemikiran generasi muda.
BACA JUGA:Tantangan Masyarakat di Tengah Kenaikan Harga dan Arus Informasi Digital
Menurut saya, rendahnya minat baca terjadi karena kurangnya dukungan dari lingkungan baik keluarga, sekolah, maupun masyarakat.
Buku tidak lagi dianggap sebagai sumber utama pengetahuan. Padahal negara-negara maju menempatkan membaca sebagai fondasi penting pembangunan manusia.
Ketika minat baca rendah, kemampuan analisis, kreativitas, serta daya saing bangsa ikut menurun.
Jika keadaan ini dibiarkan, Indonesia berisiko menghadapi masa depan yang penuh tantangan: masyarakat mudah terjebak hoaks, sulit beradaptasi dengan perkembangan global, dan rendah inovasi. Tanpa literasi yang kuat, suatu bangsa akan tertinggal di tengah kompetisi dunia.
BACA JUGA:Krisis Harga Kebutuhan Pokok dan Ancaman Kesejahteraan Sosial
Karena itu, perlu ada gerakan bersama untuk menghidupkan budaya membaca. Sekolah harus membuat kegiatan literasi yang menarik, keluarga perlu membiasakan anak membaca sejak kecil, dan pemerintah harus memperluas akses buku serta perpustakaan.
Teknologi pun dapat dimanfaatkan, misalnya melalui ebook dan platform literasi digital.
Membaca bukan sekadar mengisi waktu, tetapi merupakan investasi untuk masa depan bangsa.
Indonesia membutuhkan generasi yang kritis, berpengetahuan luas, dan siap bersaing secara global. Semua itu dimulai dari kebiasaan sederhana: membaca setiap hari.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber:
