Begitu juga Yohannes yang merupakan seorang Guru Agama Kristen yang juga menjadi bagian kepanitiaan haji tahun ini menyampaikan hal yang sama.
Dirinya merasakan kesejukan sebagai kaum minoritas di tengah mayoritas umat muslim di Kemenag Parepare.
Dilibatkannya dalam kepanitiaan pemberangkatan haji menjadi bukti dan wujud nyata Kemenag Parepare dalam mengimplementasikan moderasi beragama sebagai salah satu program prioritas Kemenag.
“Kami merasa keterlibatan kami non-muslim dalam kepanitiaan haji merupakan hal yang luar biasa,” jelasnya.
BACA JUGA:Jemaah Haji Lubuk Linggau Meninggal Dunia di Madinah, Dimakamkan di Baqi, Berikut Infonya
“Di Kemenag, kami semakin merasakan kesejukan berada di tengah-tengah teman-teman yang mayoritas muslim dan merasakan menjadi bagian dari mereka karena adanya kebersamaan yang luar biasa tanpa memandang kami dari agama minoritas,”ujar Pak Yo, sapaan akrabnya.
Pria yang kerap memakai peci hitam saat berada di Kantor Kemenag ini menambahkan bahwa pemberangkatan haji pada dasarnya merupakan kegiatan antar negara sehingga ia menyebut keterlibatannya dalam kepanitiaan haji merupakan tugas negara yang harus ia laksanakan sebaik-baiknya.
“Kami hadir bukan karena agama, tapi hadir atas nama negara karena jemaah haji diberangkatkan atas nama negara dan betapa bangganya saya dilibatkan mengurus jemaah, melakukan sesuatu walaupun itu hal yang kecil seperti membantu mengatur koper jemaah namun saya senang bisa terlibat di dalamnya. Ada kepuasan tersendiri dapat meringankan beban jemaah,”ujarnya dengan penuh semangat. (*)
Dapatkan update berita LINGGAUPOS.CO.ID di platform media sosial, dengan klik LINK INI